Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah berjalan kurang lebih setahun, Indonesia dan Australia bertemu secara virtual pada Rabu (25/8) di bawah mekanisme Joint Committee (JC) untuk membahas pelaksanaan Indonesia–Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) yang secara resmi berlaku sejak 5 Juli 2020.
Pada pertemuan ini, Delegasi Indonesia mewakili Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional dipimpin Direktur Perundingan Bilateral Ni Made Marthini. Sedangkan, Delegasi Australia dipimpin First Assistant Secretary and Chief Negotiator Regional Trade Agreement Division, Department of Foreign Affairs and Trade Elizabeth Bowes.
“JC adalah mekanisme reguler yang dibentuk atas mandat IA-CEPA untuk mengevaluasi dan mengawasi pelaksanaan komitmen kedua negara dalam perdagangan barang, jasa dan investasi, serta kerja sama ekonomi di bawah perjanjian IA-CEPA” terang Made.
Baca Juga: Jerry optimistis ratifikasi IE-CEPA tingkatkan penetrasi produk Indonesia ke Eropa
Made menambahkan, dalam pertemuan JC perdana ini kedua negara juga membahas pentingnya pelaksanaan IA-CEPA untuk mendukung upaya pemulihan perekonomian akibat pandemi Covid19. Dalam hal perdagangan barang misalnya, nilai total perdagangan di tahun 2020 mencapai USD 7,1 miliar atau turun 8,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Padahal, menjelang akhir 2019 dan pertengahan 2020 perdagangan kedua negara sempat meningkat 7,63 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, di bidang perdagangan jasa dan ketenagakerjaan juga belum bisa maksimal karena perbatasan Australia masih tertutup yang mempengaruhi perdagangan jasa seperti transportasi dan pariwisata.
Kedua delegasi sepakat bahwa di tengah pandemi ini peran JC menjadi penting untuk mendorong, bukan hanya kerja sama antar pemerintah, tetapi juga antar swasta dan perorangan. Walaupun sementara ini dilakukan secara virtual.
Berbeda dengan sektor perdagangan barang dan jasa, kondisi dalam bidang investasi lebih menjanjikan. Pada 2020, investasi Australia mencapai US$ 348,5 juta dengan 1.562 proyek di sektor pertambangan, industri mesin, elektronik, tanaman pangan, perkebunan dan peternakan.
Selain itu, melalui IA-CEPA beberapa universitas ternama Australia sedang menjajaki peluang untuk berinvestasi di Indonesia.
Selanjutnya: Berkat IA-CEPA, Pertamina Lubricants perluas pasar hingga Australia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News