Reporter: Grace Olivia | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengawali tahun, Kementerian Keuangan mencatat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 per akhir Januari lalu sebesar Rp 45,8 triliun. Defisit anggaran pemerintah ini lebih tinggi jika dibandingkan periode yang sama di tahun lalu yakni sebesar Rp 37,7 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, bertambahnya defisit terjadi lantaran pertumbuhan pendapatan negara yang lebih lambat dibandingkan belanjanya. Total pendapatan negara di Januari mencapai Rp 108,1 triliun atau tumbuh 6,24% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Realisasi pendapatan negara ini setara dengan 4,99% dari target pendapatan dalam APBN yang secara keseluruhan sebesar Rp 2.165,11 triliun.
Sementara, belanja negara sepanjang Januari tumbuh 10,34% atau mencapai Rp 153,85 triliun. Realisasi belanja tersebut memenuhi 6,25% dari pagu sebesar Rp 2.461,1 triliun. "Jadi, kalau melihat dari pendapatan negara dan belanja negara, keduanya menunjukkan pertumbuhan positif," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Rabu (20/2).
Sepanjang Januari, keseimbangan primer mencatat defisit sebesar Rp 22,78 triliun. Angka defisit tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp 14,19 triliun. Angka defisit juga melampaui 113,24% dari target APBN 2019 yang hanya Rp 20,12 triliun.
Adapun, pembiayaan anggaran mencapai Rp 122,53 triliun atau mencapai 37,59% dari pagu yang sebesar Rp 325,94 triliun. Pembiayaan anggaran terdiri dari pembiayaan utang sebesar Rp 122,47 triliun atau memenuhi 30,68% dari target yang sebesar Rp 399,22 triliun, serta pemebrian pinjaman dan pembiayaan lainnya.
Dengan demikian, rasio defisit anggaran terhadap PDB pada Januari 2019 sebesar 0,28%. Sementara, target pemerintah tahun ini rasio defisit terhadap PDB hanya sebesar 1,84% atau lebih kecil dari tahun sebelumnya 2,19% dari PDB.
Sri Mulyani menyimpulkan, pelaksanaan APBN 2019 di Januari lalu masih berjalan baik dan sesuai target. Namun, ia menyadari masih perlunya kewaspadaan dalam menghadapi tantangan ekonomi global ke depan. "Kinerja APBN kita sesuai dengan rencana, meski tetap harus waspada karena ada beberapa indikator ekonomi yang masih akan mengalami perubahan-perubahan," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News