Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 kembali melebar. Pemerintah pun menetapkan defisit anggaran menjadi 5,2% dari PDB, setelah sebelumnya disepakati 4,7% dari PDB.
Menurut Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, pelebaran defisit anggaran ini terjadi karena Indonesia masih menghadapi ketidakpastian dalam pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Baca Juga: Pemerintah perlebar defisit anggaran 2021, ekonom IKS: Ini langkah antisipatif
"Jadi, desain dari APBN 2021 sekarang memang cenderung kepada bagaimana kita menghadapi ketidakpastian. Pemulihan ekonomi juga masih dipengaruhi oleh kecepatan penanganan Covid-19," jelas Sri Mulyani, Selasa (28/7) lewat konferensi daring.
Menteri Keuangan periode 2013 - 2015, Chatib Basri, berkomentar bahwa di tengah kondisi yang penuh dengan ketidakpastian sekarang, sangat wajar jika pemerintah meningkatkan defisit anggarannya. Karena memang tema fiskal seluruh negara saat ini adalah whatever it takes.
Menurut Chatib, untuk proses pemulihan ekonomi pemerintah pasti mengeluarkan dana yang banyak di tengah penerimaan yang turun akibat perekonomian yang keok. Sehingga ini wajar bila defisit bisa melebar.
Baca Juga: Bos BCA sebut program restrukturisasi kredit harus diperpanjang, ini alasannya
"Dengan kondisi seperti ini, terus terlalu cepat pengetatan fiskalnya, yang terjadi adalah kontraksi ekonomi," kata Chatib.
Chatib pun menyarankan, dalam menyusun anggaran dan dalam membuat keputusan defisit fiskal harus lebih berpedoman pada data (data-dependent). Kalau data menunjukkan kalau situasi belum memungkinkan, maka ekspansi fiskal sah untuk dilakukan.
"Di era ini ekspansi fiskal harus dilakukan karena kalau tidak, kebutuhan untuk pembiayaan bisa tersendat. Nanti kemudian kalau kodnisi sudah memungkinkan, ekonomi stabil, private investment sudah masuk, baru fiskal didisiplinkan," tandas Chatib.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News