Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengeluhkan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati yang berada di Kabupaten Majalengka sepi.
Bahkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat disebut-sebut harus menanggung beban operasional bandara hingga sebesar Rp 60 miliar per tahun.
Pengamat Transportasi Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno mengatakan bahwa mengelola sebuah bandara memang tidak mudah, untuk itu diperlukan kerja sama dengan semua pihak terkait.
Dia bilang, sebaiknya pengelolaan Bandara Kertajati itu diserahkan ke Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam hal ini ialah Injourney. Sementara BUMD yang mengelola BIJB saat ini fokus pada pengembangan Aero City.
Baca Juga: Menhub Dudy Dorong Optimalisasi Bandara Kertajati
“Coba itu diserahkan ke Injourney saja, serahkan Injourney mengelola dengan catatan BUMD fokusnya Aero City dan fokus pada jaringan moda angkutan-angkutan dari kota pendukungnya,” ujarnya kepada KONTAN, Senin (16/6).
Djoko menuturkan, bandara baru itu tidak serta merta bakal ada maskapai yang mengisinya, maka diperlukan pendekatan terlebih dahulu yang saat ini berada di tangan Injourney.
Sementara itu, kata dia, BUMD membuat angkutan pendukung dari kota pendukung menuju bandara Kertajati, mulai dari Bandung, Sumedang, Cirebon, Indramayu, Kuningan, Karawang hingga Majalengka. Selanjutnya, kota-kota pendukung tersebut juga perlu didukung kawasan pariwisatanya.
“BUMD-nya buat angkutan dengan modal, pakai mobil kecil dulu seperti Hiace misalnya setiap satu-dua jam sekali (menuju bandara Kertajati) nanti berkembang kok,” tandasnya.
Dikutip dari Kompas.com, Gubernur Jabar Dedi Mulyadi melayangkan sindiran Bandara Kertajati ibarat ‘peuteuy selong’ dalam bahasa sunda dengan artian sesuatu yang besar tapi kosong melompong.
Baca Juga: Bikin Emosi Gubernur Dedi Mulyadi, Simak Sejarah Persikas, Klub Sepak Bola Subang
“Majalengka ke sananya sudah ada bandara, padahal sekarang udah berubah jadi peuteuy selong. Kenapa jadi peuteuy selong? Kan nggak ada pesawatnya, nggak maju-maju,” jelas Dedi.
Di samping itu, Dedi menyatakan bahwa selama ini Bandara Kertajati menjadi beban pemerintah daerah yang perlu dicarikan solusi segera.
“Kan nombok setiap tahun Rp 60 miliar untuk bandara. Harus bagaimana?” tanya Dedi.
Selanjutnya: Iran Tangkap 2 Tersangka Mata-Mata Mossad di Tengah Serangan Israel
Menarik Dibaca: Jangkau 67.000 Desa, AgenBRILink Perkuat Inklusi Keuangan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News