kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Daya Beli Sulit, Masyarakat Makin Menjerit Dihantam Kenaikan Tarif PPN 12%


Kamis, 21 November 2024 / 21:51 WIB
Daya Beli Sulit, Masyarakat Makin Menjerit Dihantam Kenaikan Tarif PPN 12%
ILUSTRASI. Pajak.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Yudho Winarto

Di samping itu, pendapatan pemerintah juga bisa turun dari PPN bila daya beli semakin melemah.

Sebelumnya, Direktur Pengembangan Big Data Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto mencatat, sudah empat kuartal berturut-turut konsumsi rumah tangga tumbuh lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi sejak kuartal IV 2023.

Pada kuartal IV 2023, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,04%, sedangkan pertumbuhan konsumsi hanya 4,47%. Kemudian pada kuartal I 2024 pertumbuhan ekonomi mencapai 5,11%, namun konsumsi hanya 4,91%.

Baca Juga: INDEF Dorong Pemerintah Perpanjang Skema PPh Final UMKM 0,5%

Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2024 mencapai 5,05%, sementara pertumbuhan konsumsinya hanya 4,93%. Lalu pada kuartal III 2024, pertumbuhan ekonomi mencapai 4,95%, sedangkan pertumbuhan konsumsi hanya 4,91%.

Melihat kondisi  tersebut, eko mengungkapkan bahwa saat ini konsumsi masyarakat sangat membutuhkan stimulus dari pemerintah, dan bukan dikenakan aneka kenaikan pungutan, seperti PPN naik menjadi 12% ataupun wacana penarikan iuran tabungan perumahan rakyat (Tapera) yang bakal berlaku mulai 2027.

“Sudah empat kuartal pertumbuhan konsumsi lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi. kalau sinyal ini tidak menjadi alarm bagi pengambil kebijakan. Saya ragu, kepada pembuat kebijakan. Bahwa yang dibutuhkan ekonomi hari ini adalah stimulus,” tutur Eko dalam diskusi publik INDEF, Senin (18/11).

Memang Ia mengakui bahwa untuk memberikan stimulus kepada masyarakat dibutuhkan anggaran yang tidak sedikit.

Baca Juga: Pengusaha Elektronik Sebut Kenaikan PPN 12% Akan Turunkan Permintaan Pasar Elektronik

Namun, apabila pemerintah kesulitan untuk mencari anggaran stimulus tambahan tersebut, setidaknya pemerintah tidak menambah beban kepada masyarakat dengan menaikkan berbagai pungutan.

Misalnya saja terkait kebijakan tarif PPN menjadi 12% yang mulai berlaku pada tahun depan. Meski nantinya pemerintah akan memberikan stimulus untuk meredam kenaikan tarif tersebut, Eko justru meragukan stimulus tersebut tidak akan berdampak apa pun untuk menolong daya beli masyarakat yang sedang turun.

“Namun ini menjadi pilihan bagi pemerintah apakah akan memberikan stimulan bagi ruang pertumbuhan konsumsi, atau justru memang pugut saja. Karena ada kebutuhan jangka pendek yaitu anggaran yang harus mencapai target,” tambahnya.

Selanjutnya: US Weekly Jobless Claims Hit Seven-Month Low

Menarik Dibaca: Sistem Face Recognition di Stasiun Kereta Telah Digunakan 5,85 Juta Kali Selama 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×