Reporter: Margareta Engge Kharismawati, Asep Munazat Zatnika | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA.Mulai 1 Juli lalu, tarif dasar listrik (TDL) tahap ketiga sebesar 4,3% mulai berlaku. Meski jauh-jauh hari, keputusan kenaikan TDL bertahap sudah diumumkan, namun dampak kenaikan ini pasti memukul lebih dalam daya beli masyarakat. Apalagi, kenaikan ini terjadi pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada 22 Juni lalu.
Sekadar mengingatkan, pemerintah memutuskan kenaikan harga listrik pada awal 2013 sebesar 15%. Kenaikan ini dilakukan secara bertahap setiap kuartal. Ini berarti tagihan listrik masyarakat untuk bulan ini akan membengkak. Padahal dampak dari kenaikan harga BBM bulan lalu hingga ini masih belum hilang.
Enny Sri Hartati, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyatakan, kenaikan listrik tahap ketiga ini menyebabkan porsi pendapatan masyarakat untuk konsumsi akan berkurang. Tentunya, ini akan berdampak secara langsung terhadap menurunnya daya beli masyarakat.
Ia memprediksi daya beli akan turun hingga 30%. Apalagi, di Juli ini, banyak pengeluaran warga. Mulai membayar biaya pendidikan berikut perlengkapannya, persiapan belanja bahan makanan untuk Bulan Ramadan. "Kami perkirakan inflasi di bulan Juli ini akan mencapai sekitar 1,5%-2,5%," kata Enny, Rabu (3/7).
Kepala Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN), A. Prasetyantoko sependapat dengan Enny. Kebijakan listrik ini akan semakin mengerek inflasi Juli dan Agustus mendatang. "Kami memperkirakan bulan Juli inflasi bisa mencapai 2%," ujar Prasetyantoko.
Senada dengan Enny, Fauzi Ikhsan, Ekonom Standard Chartered sepakat jika kenaikan tarif listrik akan menambah dampak negatif bagi daya beli masyarakat.
Namun, ia mengingatkan, kalau kenaikan tarif ini tidak dilakukan mulai sekarang, beban subsidi energi listrik akan semakin membesar. "Namun jelas kenaikan harga BBM dampaknya lebih besar dari listrik," tandasnya.
Memang kalau kita melongok angka subsidi listrik tahun ini nilainya sangat besar yakni mencapai Rp 99,98 triliun. Tapi anehnya meski harga sudah naik, tahun ini angka subsidi tetap nambah Rp 19 triliun, jika dibandingkan dengan anggaran di APBN 2013 yang sebesar Rp 80,94 triliun.
Pemerintah berdalih lonjakan subsidi ini lantaran harga minyak naik, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat terus melemah.
Selain itu, pemerintah gagal untuk mengurangi ketergantungan ke pembangkit listrik yang menggunakan BBM. Konversi energi lain juga gagal tercapai tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News