kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dana masuk minim, neraca pembayaran defisit


Rabu, 23 September 2015 / 12:22 WIB
Dana masuk minim, neraca pembayaran defisit


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memprediksi kondisi ekonomi Indonesia sampai semester I tahun depan, belum akan menunjukkan perbaikan signifikan.

Hal ini ditunjukkan adanya defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) dan defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).

Kondisi ini jarang terjadi, sebab sejak akhir 2011 hingga sekarang, Indonesia hanya mengalami defisit transaksi berjalan saja.

Gubernur BI Agus Martowardojo bilang, arus dana masuk atau capital inflow masih dalam tren minim sehingga transaksi finansial belum menjanjikan.

Ini karena ketidakpastian di pasar global, terutama bersumber pada rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika.

Ketidakpastian bakal terus berlanjut lantaran Bank Sentral Amerika atau The Fed dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) 17 September lalu memutuskan tidak menaikkan suku bunganya.

Faktor lain adalah melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia. Kombinasi dua permasalahan inilah, yang menurut Agus akan menjadi bayang-bayang transaksi finansial dan NPI secara keseluruhan hingga tahun depan.

BI mencatat, arus dana masuk atau inflow pada periode Januari 2015-September 2015 hanya sebesar Rp 40 triliun.

Angka ini anjlok dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai sebesar Rp 170 triliun.

"Kita melihat di 2016, NPI akan kembali surplus, khususnya di semester kedua," ujar Agus, Senin (21/9).

Rupiah lemah

Seperti diketahui, NPI mencatat transaksi ekonomi antara penduduk Indonesia dengan bukan penduduk pada suatu periode tertentu.

Transaksi NPI terdiri dari transaksi berjalan, transaksi modal, dan transaksi finansial.

Sedangkan neraca transaksi berjalan fokus pada transaksi ekspor dan impor baik barang maupun jasa, pendapatan investasi, pembayaran cicilan dan pokok utang luar negeri, serta saldo kiriman dan transfer uang dari dan ke luar negeri.

Agus memprediksi neraca modal finansial pada akhir 2016 akan surplus 2,91% dari PDB, naik dari perkiraan surplus akhir tahun ini yang sebesar 1,86% dari PDB.

Surplus baru bisa terjadi ketika situasi relatif tenang. Ini berarti pada triwulan III 2015 hingga triwulan II 2016, NPI diperkirakan masih akan defisit.

Pada triwulan II 2015, defisit NPI sudah dialami Indonesia sebesar US$ 2,93 miliar.

Defisit terjadi karena surplus transaksi finansial turun ke US$ 2,48 miliar dari US$ 6,31 miliar di triwulan sebelumnya.

Defisit NPI terakhir kali dialami Indonesia pada 2013 sebesar US$ 7,14 miliar.

Dengan inflow minim, BI memproyeksikan pergerakan rupiah pada tahun depan berada dalam rentang Rp 13.700-Rp 13.900 per dolar AS.

"Kalau situasi sudah kembali pulih, akan lebih optimis," katanya.

Ekonom Bank Danamon Dian Ayu Yustina melihat, agar NPI bisa surplus, harus ada inflow yang cukup besar untuk bisa menutup pembiayaan CAD.

Namun beberapa triwulan ini, tekanan global yang tinggi menyebabkan modal masuk pada investasi portofolio menyusut.

Dian berharap, pada tahun 2016 sentimen ekonomi sudah membaik, seiring dengan kepastian suku bunga The Fed.

"Implementasi paket kebijakan pemerintah kalau benar dilaksanakan juga akan positif untuk ekonomi," paparnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×