Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan tambahan pada Rabu, 30 Mei 2018 mendatang. Tanpa menggantikan RDG bulanan yang telah terjadwal, RDG tambahan itu rencananya akan membahas kondisi ekonomi dan moneter terkini serta prospek ke depan.
Kepala Kajian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia Febrio Kacaribu mengatakan, kemungkinan RDG tambahan itu dilakukan untuk menyamakan persepsi antar anggota dewan gubernur, khususnya dengan gubernur BI yang baru.
Menurutnya, secara kebijakan, tidak ada perbedaan antara Gubernur BI yang baru dengan yang sebelumnya.
Dalam jangka pendek, fokus BI tetap pada stabilisasi nilai tukar. Hanya saja, "Perry sedikit lebih eksplisit dalam mengomunikasikan arah kebijakan ke pasar," kata Febrio kepada KONTAN, Minggu (27/5).
Terkait kemungkinan penyesuaian bunga acuan dalam RDG tambahan tersebut mengingat kebijakan suku bunga yang akan dilakukan Perry lebih preemptive, front loading, dan ahead the curve Febrio bilang BI harus memantau pasar.
Sebab, "Beberapa hari terakhir ini ada perlambatan capital flow ke dollar Amerika Serikat (AS). Beberapa sudah mulai masuk lagi ke emerging market seperti rupee, termasuk rupiah," tambahnya.
Lebih lanjut menurut Febrio, kebijakan moneter melalui suku bunga, bisa dilakukan secara preemptive. Akan tetapi hal itu tidak mudah dilakukan.
Sebab, kebijakan preemtive adalah kebijakan yang tepat diambil sesuai dengan arah pasar sebelum pasar bergerak. Dengan demikian, arah dan kecepatan perubahan di pasar harus bisa diprediksi dengan tepat dan direspon dengan kebijakan.
"Semua pelaku pasar keuangan berlomba melakukan ini. Biasanya untuk return. BI di sisi lain melakukan ini dengan misi stabilisasi," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News