Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Global Markets Economist Maybak Indonesia, Myrdal Gunarto menilai bahwa dampak pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) terhadap perekonomian Indonesia diperkirakan akan relatif minim.
Meskipun pasar keuangan mungkin merespons dengan volatilitas di awal masa pemerintahan presiden baru, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan tetap stabil di kisaran 5%.
Myrdal mengatakan, apabila Donald Trump terpilih kembali, kemungkinan kebijakan fiskal ekspansif dan relaksasi pajak, terutama untuk pajak korporat.
"Plus ditambah lagi juga Trump kemungkinan akan melakukan support terhadap Israel, ataupun juga Trump akan melakukan kebijakan terkait dengan anti mobil hijau atau anti mobil listrik," ujar Myrdal kepada Kontan.co.id, Senin (4/11).
Baca Juga: Sri Mulyani Pangkas Defisit APBD dan Pembiayaan Utang 2025 Menjadi 0,20% PDB
Sementara, jika kandidat lain, Kamala Harris yang terpilih, maka kebijakan yang diambil kemungkinan lebih mirip dengan kondisi saat ini. Harris diperkirakan akan memperkenalkan kebijakan pajak yang lebih tinggi untuk orang kaya dan perusahaan besar, yang dapat memperlambat aktivitas ekonomi di AS.
Hal ini diprediksi memicu kebijakan penurunan suku bunga yang konsisten dari The Fed, dengan potensi penurunan hingga 100 basis poin pada tahun depan dan lebih dari 50 basis poin pada tahun berikutnya. Kebijakan ini bisa menjadi keuntungan bagi negara-negara pasar berkembang, termasuk Indonesia.
"Jadi sebenarnya kalau dari sisi market sih lebih baik dari aspek yang terpilihnya adalah Harris. Tapi kalau secara keseluruhan sih dampak terhadap ekonomi Indonesia ya kelihatannya sih tidak jauh berbeda ya," katanya.
Myrdal juga menyoroti implikasi pemilihan ini terhadap perubahan iklim. Jika Trump terpilih, kebijakan terkait mobil listrik dan perubahan iklim mungkin menghadapi tantangan yang lebih besar, dengan potensi negosiasi biaya yang lebih sulit dan perlambatan dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
"Jadi nanti kalau yang terpilihnya Donald Trump ya ada kemungkinan bisa lebih parah lagi sih. Ya walaupun memang ini kekhawatirannya untuk kedepannya terkait dengan perkembangan ekonomi hijau bisa tidak selancar ekspektasi dari para pelaku ekonomi," imbuh Myrdal.
Baca Juga: Pertumbuhan Pabrik India Meningkat pada Oktober 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News