kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,98   -12,52   -1.36%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dampak Inflasi Global & Pelemahan Rupiah Terhadap Penerimaan Pajak Sektor Manufaktur


Senin, 04 Juli 2022 / 19:41 WIB
Dampak Inflasi Global & Pelemahan Rupiah Terhadap Penerimaan Pajak Sektor Manufaktur
ILUSTRASI. Penggunaan teknologi robotik pada fasilitas produksi komponen?PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA). Dampak Inflasi Global & Pelemahan Rupiah Terhadap Penerimaan Pajak Sektor Manufaktur.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat penerimaan pajak mengalami pertumbuhan positif dan mayoritas mencatatkan peningkatan double digit.

Hal ini mengindikasikan bahwa pemulihan ekonomi telah terjadi di berbagai sektor. Salah satunya adalah dari sektor manufaktur atau industri pengolahan.

Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Neilmaldrin Noor melaporkan bahwa sektor manufaktur/ industri pengolahan masih menunjukkan dominansi kontribusinya terhadap penerimaan pajak secara agregat.

Sampai dengan Mei 2022, sektor industri pengolahan berkontribusi paling besar terhadap penerimaan pajak dengan kontribusi 30,01%.

Sementara kontributor terbesar berikutnya berasal dari sektor perdagangan sebesar 23,1%, jasa keuangan dan asuransi 12,0%, pertambangan 10,1%, serta sektor lainnya yang tidak dominan.

Baca Juga: Waspada! Inflasi Global Berpotensi Gerus Penerimaan PPh Badan dan PPN

Ia menyebut, terkait risiko inflasi global dan pelemahan rupiah, pemerintah akan terus melakukan kebijakan-kebijakan untuk mengurangi pemburukan ekonomi yang mengancam.

"Semua kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah selama ini dimaksudkan untuk terus menjaga pengusaha dan masyarakat umumnya dari tekanan sehingga dapat terus bekerja dan berusaha dengan tenang," ujar Neilmaldrin kepada Kontan.co.id, Senin (4/7).

Dihubungi terpisah, Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai bahwa inflasi global saat ini masih relatif tinggi, mempertimbangkan berbagai harga komoditas yang masih bertahan cukup tinggi saat ini, terutama pangan dan energi, serta pemulihan ekonomi di beberapa negara.

"Ke depan, terdapat potensi puncak inflasi semakin dekat, sejalan dengan potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi yang tercermin dari laporan Bank Dunia dan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), yang berpotensi melambatkan laju inflasi akibat melemahnya permintaan," ujar Josua.

Baca Juga: Jeff Bezos Kecam Presiden AS Jeo Biden Terkait Seruan Harga Bensin

Josua memperkirakan kinerja industri pengolahan ke depannya akan berpotensi mengalami perlambatan, sejalan dengan kenaikan harga bahan baku dan melambatnya permintaan. Tentu hal ini juga akan memperlambat laju pemulihan ekonomi nasional.

"Dampak akan terasa terlebih dahulu dari menurunnya permintaan luar negeri akibat melemahnya pertumbuhan ekonomi global. Lalu, akan tertransmisi ke perekonomian domestik sejalan juga dengan mulai berkurangnya insentif pemerintah terhadap berbagai sektor maupun konsumsi," jelasnya.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×