Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga minyak dunia kembali turun. Namun, pemerintah menegaskan tidak akan buru-buru ikut menurunkan harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM).
Berdasarkan data yang dikutip dari Bloomberg, harga minyak untuk WTI di pasar Nymex hari ini, Selasa (22/9) telah turun sebesar 1,38% menjadi US$ 50,16 per barel.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan, pelemahan harga minyak merupakan kesempatan bagi PT Pertamina untuk memperbaiki cash flow-nya. Apalagi, selama ini Pertamina memang tercatat rugi.
Nah, dengan harga minyak yang turun maka ada kesempatan Pertamina untuk mendapatkan kelebihan dana hasil penjualan BBM bersubsidi. Dana itu nantinya akan dijadikan sebagai cadangan ketika harga minyak kembali naik.
Adapun, pengelolaannya nanti akan dilakukan oleh Pertamina. Sementara pemerintah hanya mengawasi. Meski demikian, keberadaan dana tersebut akan melalui persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Oleh karena itu, dalam waktu dekat ini harga BBM tidak akan diturunkan. "Kalau harga minyak dunia turun, akan digunakan untuk kompensasi, lagi dihitung berapa yang bisa dihimpun," ujar Sudirman, Selasa (22/9) di Istana Negara, Jakarta.
Apalagi, pemerintah memang telah menetapkan batas bawah bharga BBM. Sehingga, meskipun harga minyak sudah dibawah nilai keekonomian saat ini, tetapi harga BBM tidak akan melebih batas tersebut.
Oleh karenanya, jika harga BBM terlalu menyesuaikan dengan perubahan harga minyak dunia akan menyulitkan. Apalagi jika trend berfluktuasi tidak beraturan.
Sudirman juga bilang, dalam menentukan harga BBM ada dua hal yang harus diperhatikan. Selain harga minyak dunia, pemerintah juga perlu menghitung dampak pelemahan nilai tukar rupiah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News