kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Dahlan: Jika ekonomi tumbuh maka impor juga melaju


Senin, 11 November 2013 / 16:55 WIB
Dahlan: Jika ekonomi tumbuh maka impor juga melaju
ILUSTRASI. OPINI-Bambang Rianto Rustam: Siapkah Bank Syariah Sambut Era VUCA?. Beliau adalah Doktor Ilmu Ekonmi Universitas Trisakti (USAKTI)


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengungkapkan, setiap kali pertumbuhan ekonomi Indonesia menyentuh 6%, maka akan diikuti dengan krisis.

Sebab, kata Dahlan, pertumbuhan ekonomi Indonesia itu diiringi dengan kenaikan impor. Membengkaknya laju pertumbuhan impor karena ketidakmampuan bangsa ini memenuhi permintaan di dalam negeri.

Karena itu, menurut Dahlan, pemerintah perlu mencari jalan keluarnya. "Ini pelajaran penting yang harus direnungkan. Kalau dalam krisis lalu perbankan yang belajar banyak, sekarang seharusnya pemerintah yang belajar banyak. Hal ini perlu diubah. Bahkan, perlu banyak pengusaha untuk mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri," ujar Dahlan di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Senin (11/11).

Dahlan menambahkan, saat ini diharapkan adanya pertumbuhan pemenuhan produk dalam negeri yang berkualitas. Ia mencontohkan, di zaman pemerintahan Presiden Soeharto, banyak pedagang yang menjadi pengusaha. Hal ini menurutnya amat baik, karena dampaknya adalah industri dalam negeri menjadi lebih kokoh.

Sangat disayangkan, saat ini justru lebih banyak pengusaha yang menjadi pedagang. Artinya, banyak yang lebih senang menjual barang yang dibelinya, ketimbang memproduksi suatu barang dari mentah menjadi barang jadi.

Menurut Dahlan, krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada 1998, juga turut menyumbang andil dalam mematahkan semangat para pengusaha.

"Ketika krisis 1998, banyak orang yang menutup pabrik kemudian jadi pedagang. Lebih enak beli dan tentu harus impor. Nah, ini yang melemahkan ekonomi. Karena itu sekarang harus ada gerakan kembali menjadi pengusaha," ujar Dahlan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×