Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cuaca ekstrem akibat Badai Cempaka yang landa Indonesia belakangan hari sebabkan bencana banjir dan tanah longsor di wilayah Jawa Selatan seperti Yogyakarta, Kulon Progo, dan Pacitan.
Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Imam Santoso katakan bencana tersebut terjadi lantaran curah hujan yang jauh di atas normal.
"Curah hujannya sampai 385 mm, sementara di 100 mm saja itu sudah termasuk hujan lebat. Jadi memang cuacanya ekstrem sekali," kata Imam dalam Jumpa Pers di Kementerian PUPR, Kamis (30/11).
Menghadapi bencana banjir dan tanah longsor Kementerian PUPR sendiri telah berkoordinasi dengan balai terkait di daerah. Imam sebut, Ditjen SDA sendiri telah terapkan sistem Early Warning System (EWS) hampir di seluruh 34 Balai Wilayah Sungai seluruh Indonesia.
Selain sistem EWS, Ditjen SDA juga siap siagakan beberapa alat berat di Balai Wilayah Sungai tersebut. Antara lain, 109 excavator, 44 mini excavator, 44 amphibious excavator, 105 mobile pump, 105 dump truck, 33 trailer truck, 82 pick up, 90 perahu karet, 21 mesin outboard, 165 pompa sentrifugal, dan 120 pompa banjir.
"Mini excavator dan amphibious excavator ini cukup efektif tangani banjir karena dia kecil dan bisa masuk ke sungai untuk mengeruk sampah atau benda yang menghalangi," sambung Imam.
Lantaran efektif hadapi banjir, Imam sendiri berencana tambah 8 unit amphibious excavator hingga akhir tahun. Khususnya untuk penanganan banjir.
Sementara itu, Direktur Sungai dan Pantai Ditjen SDA Hari Suprayogi katakan tahun ini Kementerian PUPR sendiri telah anggarkan Rp 6,4 triliun untuk program penanganan banjir.
Selain dari APBN pendanaan penanganan banjir oleh Kementerian PUPR juga dapat dana hibah, misalnya dari Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk program Urban flood system improvement in selected cities.
Ada lima kota yang dapat bantuan ini yaitu Padang, Palembang, Surabaya, Gorontalo, dan Manado. "Semuanya sudah selesai kecuali di Manado, karena masih ada pembebasan lahan. Di Manado sampai 2018 proyeknya," kata Hari.
Sebelumnya Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam Rapat Koordinasi di Kementerian Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK) sebut ada sekitar 150 juta jiwa masyarakat Indonesia yang rawan terpapar bencana alam.
"Dari peta bencana ada 150 juta jiwa yang rawan terpapar bencana alam. 60 juta jiwa terancam bencana banjir, 40 juta jiwa terancam bencana tanah longsor, 4 juta jiwa terancam tsunami, dan 1,1 juta jiwa rawan erupsi," katanya.
Cuaca ekstrem akibat Badai Cempaka ini pun diprediksi masih akan berlangsung hingga Februari mendatang di mana puncaknya akan terjadi antara Desember dan Januari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News