Reporter: Herlina KD | Editor: Edy Can
JAKARTA. Para ekonom menilai penurunan cadangan devisa masih dalam kewajaran. Pasalnya, penurunan devisa untuk menjaga nilai tukar rupiah.
Asal tahu saja, per Oktober lalu, cadangan devisa turun US$ 500 juta dibandingkan bulan sebelumnya menjadi US$ 114 miliar. Namun, bila dihitung sejak Januari 2011, cadangan devisa naik US$ 18,7 miliar. Posisi tertinggi tercatat pada Agustus lalu yaitu UUS$ 124,5 miliar.
Ekonom Standard Chartered Bank Eric Alexander Sugandhi mengatakan beberapa bulan terakhir penurunan nilai cadangan devisa cukup tajam karena gejolak ekonomi global. Tapi, ia menilai ke depan penurunan cadangan devisa tidak akan sekencang bulan-bulan lalu. "Kemungkinan cadangan devisa turun tetap ada tapi penurunannya akan lebih kecil karena nilai tukar sudah mulai stabil," ujarnya, Rabu (2/11).
Eric juga yakin, hingga akhir tahun nilai cadangan devisa tidak akan turun dibawah US$ 100 miliar. Bahkan, Eric melihat jika situasi ekonomi kondusif dan ekspor masih bisa terjaga, nilai cadangan devisa masih berpeluang naik meski tidak signifikan. "Cadangan devisa masih akan berkisar US$ 114 miliar - US$ 150 miliar," jelasnya.
Eric bilang, selama ini langkah Bank Indonesia untuk mengendalikan nilai tukar rupiah sudah cukup selektif. Artinya, BI tidak boros dalam pengelolaan moneternya. Alasannya, "Tertekannya rupiah itu tidak sendirian, nilai tukar negara lain juga tertekan. Jadi memang BI harus melakukan intervensi," katanya.
Pengamat ekonomi dari Universitas Atmajaya A.Prasetyantoko juga senada. Dia memperkirakan, penurunan cadangan devisa terjadi karena peluang pelemahan nilai tukar masih ada. Hanya saja, cadangan devisa tidak akan turun signifikan hingga akhir tahun.
"Cadangan devisa masih berpotensi turun seiring langkah BI menjaga nilai tukar. Tapi penurunannya tidak akan signifikan, sekitar US$ 500 juta - US$ 1 miliar," katanya. Dalam hitungan Prasetyantoko, hingga akhir tahun nilai cadangan devisa masih sekitar US$ 112,5 miliar - US$ 113 miliar.
Prasetyantoko juga menambahkan, intervensi yang dilakukan BI untuk menjaga nilai tukar rupiah memang sudah seharusnya dilakukan. "BI melakukannya secara proporsional, dan itu yang diperlukan untuk menjaga fluktuasi nilai tukar rupiah," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News