Reporter: Azis Husaini, Dea Chadiza Syafina, Pratama Guitarra | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Hari ini adalah batas akhir Freeport McMoran menyampaikan penawaran divestasi 10,64% saham PT Freeport Indonesia. Penjualan sebagian saham perusahaan tambang emas di Papua itu berpeluang molor lagi.
Menurut Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bambang Gatot Ariyono, sampai kemarin belum tampak gelagat Freeport memenuhi kewajiban tersebut.
"Jika sampai Kamis belum menawarkan divestasi, kami akan memberi surat peringatan kedua bagi Freeport," ungkap Bambang kepada KONTAN, Rabu (13/1).
Jurubicara Freeport Indonesia, Riza Pratama menyatakan bahwa Freeport belum bisa memastikan penawaran itu bisa sesuai dengan tenggat yang ditetapkan peraturan di Indonesia. "Kami masih diskusikan internal," kata Riza.
Padahal pemerintah sudah menyiapkan kongsi sejumlah badan usaha milik negara (BUMN) untuk membeli divestasi 10,64% saham Freeport Indonesia.
Kongsi ini terdiri dari PT Aneka Tambang Tbk (Antam), PT Bukit Asam Tbk, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), PT Taspen, dan Bank Mandiri. Kabar yang sampai KONTAN, nilai 10,64% saham Freeport Indonesia mencapai US$ 2 miliar atau Rp 27 triliun (kurs US$ 1=Rp 13.500). A
ntam, Bukit Asama, Inalum dan Taspen akan menyiapkan sekitar US$ 700 juta. Kekurangannya senilai US$ 1,3 miliar akan dicarikan Bank Mandiri.
Sekretaris Perusahaan Antam, Tri Hartono menyatakan, sumber pendanaan itu bisa dari pinjaman bank asing maupun bank lokal. "Yang pasti, Bank Mandiri akan support pendanaannya," ungkap Tri Hartono.
Tri belum memberikan detil skema pendanaan itu. "Kalau saya sebut pinjamannya sangat sensitif," ungkap dia.
Menurut Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri, Kartika Wirjoatmodjo, Mandiri Sekuritas akan ditunjuk untuk mencari struktur pendanaan yang optimal. "Namun belum ada komitmen pendanaan. US$ 1,3 miliar itu besar sekali," tandas dia.
Direktur Keuangan Inalum, Oggy A Kosasih optimistis, masalah pendanaan untuk membeli saham Freeport Indonesia bukan masalah. Sebab, perusahaan patungan itu disokong kekuatan keuangan tiap BUMN pendukungnya.
Dia mencontohkan, keuangan Inalum relatif kuat dan tak punya utang. "Kami mempunyai dana tunai US$ 400 juta, sedangkan total aset kami US$ 1,1 miliar," kata dia.
Namun, Anggota Komisi VII dari Fraksi Partai Nasdem, Kurtubi, mengingatkan, BUMN sebaiknya tak menggelontorkan duit miliaran dollar untuk membeli secuil saham Freeport. Dia menyarankan, pemerintah menunggu saja kontrak Freeport berakhir tahun 2021, dan langsung menguasainya. "Tak perlu diperpanjang," tandas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News