Reporter: Hans Henricus | Editor: Didi Rhoseno Ardi
Presiden dan Chief Executive Officer StatoilHydro Norway Helge Lund mengatakan Natuna memiliki CO2 yang tinggi, sama halnya dengan Norwegia. Makanya, Statoil berminat bekerjasama dengan Pertamina mengelola blok D Natuna. "Kami memiliki pengalaman eksplorasi di laut dalam pemisahan dan pengelolaan CO2," ujar Lund seusai bertemu Wakil Presiden (Wapres) di Kantor Wapres, Jakarta, kemarin.
Seperti diketahui, pengembangan Blok Natuna D Alpha mengalami hambatan karena gas di blok tersebut mengandung CO2 yang cukup tinggi, yakni 70% dari total cadangan gas yang mencapai 24 triliun kaki kubik. Oleh karena itu dibutuhkan teknologi khusus yang mampu memisahkan gas dengan CO2.
Dalam pertemuan dengan Wapres, Lund didampingi Duta Besar (Dubes) Norwegia untuk Indonesia Elvind S Homme. Berbekal pengalaman di negaranya sendiri, kini StatoilHydro siap untuk mengaplikasikan teknologinya di Indonesia.
Meski demikian, Lund mengatakan, pihaknya akan mengikuti prosedur lelang yang sudah ditetapkan oleh Pertamina.
Sebelumnya, StatoilHydro sudah pernah menjalin kerja sama dengan Pertamian di Blok Karama, Selat Makassar, Sulawesi Selatan. Blok yang berada di laut dalam (deep water) tersebut diperkirakan memiliki potensi minyak hingga lebih dari 200 juta barel. "Statoil sudah bekerjasama dengan Pertamian di Blok Karama tahun ini," terang Lund.
Menurut pemerintah Indonesia akan mempelajari tawaran dari Statoi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News