kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.199   57,86   0,81%
  • KOMPAS100 1.105   10,32   0,94%
  • LQ45 877   10,94   1,26%
  • ISSI 221   0,89   0,40%
  • IDX30 448   5,61   1,27%
  • IDXHIDIV20 539   4,64   0,87%
  • IDX80 127   1,22   0,97%
  • IDXV30 135   0,58   0,43%
  • IDXQ30 149   1,55   1,05%

Bukan Musim Panen Raya, Perpadi : Saat Ini Bukan Waktunya Bulog Menyerap Beras


Kamis, 24 November 2022 / 21:32 WIB
Bukan Musim Panen Raya, Perpadi : Saat Ini Bukan Waktunya Bulog Menyerap Beras
ILUSTRASI. Perpadi mengatakan, saat ini bukanlah waktu bagi Bulog untuk melakukan pengadaan cadangan beras pemerintah (CBP).


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Umum Persatuan Penggilingan padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso mengatakan, saat ini bukanlah waktu bagi pemerintah melalui Bulog untuk melakukan pengadaan cadangan beras pemerintah (CBP).

Ia menyebut seharusnya penyerapan besar dilakukan saat bulan panen raya, yakni antara Februari hingga Juli. Saat ini justru waktu bagi pemerintah untuk menggelontorkan stok guna mengintervensi pasar. Dimana saat ini harga beras di pasaran cenderung tinggi.

Menurutnya, biasanya surplus beras terjadi antara Februari sampai Juli. Nah, waktu tersebut bisa digunakan Bulog untuk menyerap beras dari petani. 

Setelah itu minus [produksi], sehingga beras yang dikuasai pemerintah itu dikeluarkan untuk KPSH, operasi pasar.

Baca Juga: Tak Juga Dapat Pasokan dari Lapangan, Bulog Mulai Impor Beras Per Desember

"Jangan sekarang posisi produksi sedang di bawah garis kebutuhan malah disuruh beli (menyerap), ya malah nambah kekurangan supply," kata Sutarto saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (24/11).

Menurutnya jika Bulog dipaksakan untuk melakukan penyerapan justru membuat harga akan terkerek naik. Kemudian sulitnya Bulog mendapatkan gabah/beras di lapangan karena produksi bulan November dan Desember berada di bawah kebutuhan bulanan.

Dengan kondisi produksi di bawah kebutuhan, maka penggilingan tentu akan mengutamakan pemenuhan pasar. Sutarto mengatakan, jika penggilingan tidak mengutamakan pasar justru akan membuat kondisi pasar berat.

"Persoalannya bukan penggilingan tidak mau ngasih, penggilingan juga harus mengisi pasar. Kalau penggilingan sekarang tidak ngisi pasar ya lebih berat lagi pasti. Bisa lebih parah. Jadi sebenarnya di pasar itu perlu beras," jelasnya.

Sutarto menuturkan, produksi tahun ini memang mengalami surplus 1,7 juta ton. Namun, surplus tahun ini tipis meski naik dibandingkan tahun lalu yakni dari 1,3 juta ton.

Produksi yang menurun akhir tahun ini merupakan kondisi musiman. Apa yang terjadi saat ini menjadi bukti perlunya penghitungan yang matang mengenai perberasan.

Ia mengusulkan agar perencanaan untuk tahun depan mulai disusun saat ini. Pasalnya bulan Februari nanti sudah mulai panen raya. Dan saat panen raya hingga Juli tersebut, Bulog harus mampu menyerap dengan maksimal untuk menjaga harga ditingkat petani.

"Setelah Juli kalau ada yang jual okelah beli. Tapi mulai September itu atau Oktober harus operasi pasar dikeluarkan cadangan pemerintah itu konsepnya seperti itu harusnya," paparnya.

Sutarto menyebut, Perpadi sebenarnya tidak ada kepentingan mengenai impor atau tidak impor. Urusan impor justru erat kaitannya dengan para petani.

Baca Juga: Rencana Impor Beras Dinilai Akan Sakiti Petani

Ia mengatakan jika pemerintah memaksa untuk mengimpor dikhawatirkan saat panen raya nanti tak dapat melakukan serapan. Ia mengingatkan bahwa Februari sudah mulai panen raya dan Januari sudah ada panen.

Jika stok CBP sudah mencapai 1 juta - 1,2 juta ton saat ini dengan impor. Dikhawatirkan pemerintah tidak akan melakukan serapan yang maksimal.

Menurutnya, saat ini memang waktunya Bulog untuk mengosongkan gudangnya dan mengganti dengan beras di musim panen depan. Stok Bulog saat ini yakni 590.000 ton disebut masih bisa membanjiri pasar untuk mengintervensi.

"590.000 ton itu saya yakin tidak akan habis sebulan. Pengalaman saya digelontor 100.000 ton aja udah megap-megap pasar. Katakanlah gini sampai dengan akhir Desember itu keluar 200.000 ton berarti masih ada 390.000 ton, lalu Januari keluar lagi 200.000 ton masih ada 190.000 ton. Nah 190.000 ton itu cadangan kalau ada bencana. Tapi kita doanya ya jangan ada bencana alam. Jadi mestinya aman," tegasnya.

Sutarto menegaskan, target 1,2 juta ton tak mesti dipenuhi tahun ini. Hal ini berbeda dengan kondisi dahulu, saat Bulog masih memiliki kewajiban untuk bantuan sosial saban bulannya.

"Makanya dulu harus punya cadangan diatas sejuta. Kalau sekarang kan nggak, nggak ada [raskin]. Jadi intinya ini dikeluarin aja dulu jangan berpikir impor," tegasnya.

Ia meyakini, panen Januari akan baik seperti data dari Badan Pusat Statistik (BPS). Maka di masa panen tahun depan Bulog akan mampu men-top up CBP hingga 1,2 juta ton.

Baca Juga: Bulog dan Kementan Terlibat Polemik Stok Beras Lokal

"Gini deh kalau 1,2 juta ton di akhir tahun itu nanti kita takutnya pemerintah nggak beli lagi pas panen. Habis itu wah stoknya masih 1,2. Padahal 1,2 itu kapan mau dikeluarin? Dampaknya ke petani. Lalu ini 1,2 kapan mau dikeluarin?" tuturnya.

Menurutnya keputusan impor atau tidak harusnya dilakukan saat bulan Juli. Akhir tahun atau sekarang saat panen turun jadi waktu cadangan beras harus dikeluarkan.

"Justru sekarang itu keluarkan, kosongkan gudang lalu nanti beli yang baru. Lalu nanti dihitung betul pas bulan Juni-Juli dihitung betul produksinya seperti apa. Kalau memang kurang, keputusan impor nanti di bulan Juli itu. Itu yang paling tepat jadi tidak mengganggu produksi petani," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×