Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan koreksi data produksi beras dan luas lahan baku sawah. Salah satu kesimpulannya adalah adanya potensi surplus beras 2,85 juta ton tahun ini. Beras ini menurut BPS tersebar di lima sektor dan tidak terkumpul di satu titik semata.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, surplus beras ini tidak di satu tempat. "Tapi menyebar ke rumah tangga produsen, rumah tangga konsumen, pedagang, penggilingan, hotel dan kemudian di Bulog," jelasnya, Rabu (24/10).
Suhariyanto merinci, penyebaran paling besar berada di sektor rumah tangga produsen sebesar 44% dengan perhitungan terdapat 14,1 juta rumah tangga produsen. Kemudian di rumah tangga konsumen sebesar 3%. Tapi angka ini mengacu pada Survei Kajian Cadangan Beras yang dilakukan pada 2015 silam.
Adapun surplus beras 2,85 juta ton ini berdasarkan perhitungan Januari hingga Desember, dengan pertimbangan pada periode Oktober-Desember konsumsi akan lebih besar daripada produksi karena memasuki masa tanam dan minim panen.
Kemudian terkait putusan impor, Suhariyanto menyatakan berdasarkan data yang ada saat ini memang terbukti terjadi surplus. Namun kondisi ini berbeda dengan saat Januari awal tahun 2018 dimana Bulog melaporkan stok di gudang di bawah 800.000 ton.
"Kalau pakai kriteria Wapres, kalau stok kurang satu juta ton dan harga tinggi maka perlu lakukan impor. Kalau keputusan saat Januari dinilai dengan kondisi saat ini, tidak pas," jelasnya.
Adapun Suhariyanto menegaskan, angka surplus produksi dan realisasi impor beras terpisah. Artinya stok beras impor sejatinya tetap digudangkan oleh Bulog.
Sedangkan dari sisi Bulog, Direktur Pengadaan Bulog Bachtiar menyampaikan setidaknya saat ini terdapat stok 2,5 juta ton beras. Angka ini terdiri dari pengadaan dalam negeri sebesar 950.000 ton dan pengadaan luar negeri, alias impor, yang sudah terealisasi di 1,5 juta ton.
Menurut Bachtiar, tingkat serapan harian Bulog diperkirakan sebesar 1.000 ton per hari, adapun target serap hingga 2 juta ton yang diberikan pemerintah tahun ini bisa tercapai dengan kondisi tertentu. "Kalau harga cocok," katanya.
Pasalnya, Bulog membeli beras di harga Rp 8.030 per kilogram sedangkan harga beras telah melambung padahal sebagai BUMN, kini Bulog harus mencetak profit.
Namun demikian, Bachtiar menyampaikan bakal tetap melakukan sesuai penugasan pemerintah dalam melakukan serap sesuai target.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News