kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BPS: Petani cabai minta pemerintah terapkan HPP


Rabu, 02 Februari 2011 / 06:30 WIB
BPS: Petani cabai minta pemerintah terapkan HPP


Reporter: Irma Yani | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan mengungkapkan, para petani cabai sempat menuturkan keinginannya agar pemerintah menerapkan harga pembelian pemerintah (HPP) layaknya gabah. Mereka khawatir dengan gejolak harga cabai yang sempat melambung tinggi menembus Rp 100.000 per kilogram.

“Hal itu diungkapkan para petani saat kemarin sidak ke empat kabupaten sentra produksi cabai yang kita kunjungi yaitu Brebes, Majalengka, Garut dan Tuban,” kata Rusman, Selasa (1/2).

Dari kajian BPS, lanjutnya, secara nyata memang produksi cabai terutama diakhir 2010 mengalami penurunan sangat drastis. Hal itu berakibat terganggunya suplai ke pasar.

Dia memaparkan, penurunan produksi cabai disebabkan beberapa alasan, seperti traumatik di petani. Berdasarkan pengalaman, harga cabai pernah mencapai Rp 3.000 per kg, padahal break event point cabai itu sekitar Rp 7.000 - Rp 8.000 per kg. Akibat rugi itu maka ada dampak psikologis seolah-olah membiarkan saja lahannya tidak ditanami cabai.

Petani juga tidak punya cukup modal untuk memutar kembali penanaman cabai. "Jadi mestinya pada saat itulah dia sangat memerlukan modal, karena hasil penjualan cabai tidak cukup membentuk akumulasi modal, sehingga ada pengurangan lahan penanaman cabai,” tuturnya.

Perlu industri turunan

Alasan lainnya, lanjut Rusman, adalah anomali musim yang menyebabkan produktivitas menurun. “Kurang matahari ketika cabai siap dipanen, sehingga busuk, dan akhirnya mengundang berbagai penyakit seperti jamur. Apalagi cabai termasuk tanaman sensitif,” katanya.

Namun, saat ini para petani cukup beruntung. Pasalnya, petani bisa menjual cabai hingga Rp 40.000 per kg di daerah tersebut. Ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Tapi, Rusman menyebut, sejatinya para petani tidak nyaman harus menjual di harga tinggi, karena mata rantai perdagangan cabai cukup panjang yang bisa menyebabkan harga eceran di tingkat konsumen bisa mencapai Rp 100.000 per kg. Mereka mengatakan, di tingkat petani yang paling aman adalah di harga Rp 15.000 – Rp 20.000 per kg.

"Mereka ingin satu kepastian, satu stabilitas dari harga cabai itu, makanya mengusulkan ada HPP. Tapi persoalannya cabai tidak seperti beras, karena tidak bisa distok, nah ini berarti harus ada industri turunannya,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×