Reporter: Bidara Pink | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) selama beberapa waktu terakhir, rupanya juga menjadi sorotan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara G20. Pasalnya, ini membawa ketidakpastian bagi nilai tukar negara lain, terutama negara berkembang.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, para pentolan otoritas fiskal dan moneter negara G20 telah membahas mengenai ini dalam pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral atau Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) G20 keempat di Washington, AS.
Perry mengatakan, para gubernur bank sentral negara G20 sekata untuk melakukan manajemen aliran modal asing untuk menjaga nilai tukar negara masing-masing, di tengah ketidakpastian pasar.
“Capital flows management menjadi bagian diskusi kami. Juga, bagaimana kami memastikan stabilitas nilai tukar di tengah ketidakpastian pasar,” terang Perry dalam konferensi pers, Jumat (14/10) waktu setempat.
Baca Juga: Para Menkeu dan Gubernur Bank Sentral G20 Soroti Soal Risiko dan Manfaat Aset Kripto
Perry menambahkan, adanya kerja sama antara gubernur bank sentral dan menteri keuangan (policy mix) juga diperlukan untuk menjaga agar nilai tukar tidak gonjang-ganjing. Namun, independensi bank sentral tetap harus menjadi yang utama.
Selain itu, bank sentral negara-negara G20 juga fokus dalam kebijakan respon suku bunga. Perlunya komunikasi dan transparansi untuk arah suku bunga ke depan juga diperlukan. Pasalnya, selain untuk menjangkar inflasi, arah kebijakan suku bunga ini juga penting untuk meningkatkan stabilisasi.
“Kami coba meningkatkan upaya bersama untuk menahan inflasi. Respon suku bunga yang kami lakukan untuk menjangkar inflasi dan meningkatkan stabilisasi, akan sangat bergantung pada data dan akan kami komunikasikan, meski sangat bergantung pada kondisi masing-masing negara,” pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News