kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Boediono: Blanket guarantee solusi krisis


Senin, 24 September 2012 / 18:36 WIB
Boediono: Blanket guarantee solusi krisis
ILUSTRASI. Tenaga kesehatan menyiapkan vaksin COVID-19 Moderna untuk disuntikkan kepada rekannya di RSUP Dr. M Djamil Padang, Sumatera Barat, Jumat (30/7/2021). ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/wsj.


Reporter: Yudho Winarto |

JAKARTA.Wakil Presiden Boediono menegaskan kebijakan blanket gurantee atau penjaminan penuh atas dana nasabah di sebuah bank untuk menjadi solusi atasi krisis. Dengan keputusan ini, Indonesia mampu melewati krisis 1997-1998.

Boediono bercerita, krisis tahun 1997-1998 berawal dari hantaman terhadap mata uang Thailand. Ketidak percayaan investor asing terhadap negara itu berujung dengan penarikan dana dari negeri gajah putih tersebut.

"Berkembang pada ketidakpercayaan kepada semua negara di Asia, Singapura, Indonesia, Korea terkena. Yang terjadi adalah uang berbondong-bondong keluar negeri," kata Boediono saat memberikan pembekalan program pendidikan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), Senin (24/9).

Rupanya, langkah tersebut juga diikuti para nasabah lokal yang memilih menarik dan kemudian menempatkan dananya di luar negeri. Situasi ini lantas menyulut kekacauan, khususnya di sektor perbankan dalam negeri.

"Bank ini seperti mendayung di antara arus duit, arus uang masuk dan arus uang keluar. Kalau uang masuk itu ditarik keluar maka oleng," ujarnya.

Pada waktu itu, pemerintah mengambil kebijakan untuk menutup bank-bank yang sakit. Sejumlah bank kecil ditutup dengan perkiraan asetnya hanya 2,5% dari total aset bank di Indonesia. Ternyata langkah ini tidak sepenuhnya menyelesaikan persoalan, ternyata ada faktor psikologis yang mempengaruhinya.

"Ternyata yang terjadi masyarakat melihat ini ada kelanjutannya. Kelanjutannya adalah bank mana lagi yang ditutup minggu depan," paparnya.

Faktor ini yang pada akhrinya mendorong mempercepat arus keluarnya uang dari tanah air. Ketidakpercayaan terhadap perbankan terus berkurang. Jika situasi ini dibiarkan, perekonomian terancam mandeg.

"Kalau bank itu macet maka kegiatan perekonomian ikut macet, transaksi jual beli, eksportir juga terpengaruh," jelasnya.

Akhirnya, pemerintah memutuskan mengeluarkan kebijakan blanket guarantee. Artinya semua dana nasabah yang ada di bank manapun aman, meski bank itu ditutup. Tujuannya untuk menyetop dana yang keluar. Boediono berkata kebijakan ini berhasil.

"Jadi blanket guarantee penyelamat pada waktunya. Mulai dari situ pemerintah membenahi bank-bank mana yang perlu diberi dukungan, apakah memberikan pinjaman modal," katanya.

Ia menjelaskan langkah tersebut memberikan dampak yang luar biasa. Pada tahun 2008, Boediono mengakui respon terhadap krisis yang menerpa cukup bagus dan tepat. Alhasil krisis global yang menerpa tidak terlalu terasa di dalam negeri.

Meskipun, pada waktu itu, pemerintah tidak memberlakukan kebijakan blanket guarantee pada sektor perbankan. Lantaran, waktu itu wakil Presiden Jusuf Kalla menolak keras kebijakan tersebut.

Alhasil pemerintah memutuskan untuk memberikan dana talangan terhadap salah satu bank yang tengah koleps Bank Century senilai Rp 6,7 triliun. Langkah ini untuk meredam efek psikologis dari kolapsnya bank tersebut, yang akhirnya diikuti penarikan dana nasabah secara besar-besaran.

Boediono menyampaikan krisis tahun 1997-1998 dan 2008 menjadi pengalaman berharga. Nanti suatu saat Indonesia dihempas krisis, sudah ada langkah yang pas yang bakal dijalankan.

"Kalau ada krisis lagi ambil langkah yang pas, belajar dari sejarah," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×