Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Analisis pengukuran suhu udara permukaan dari 92 Stasiun BMKG dalam 40 tahun terakhir menunjukkan peningkatan suhu udara permukaan dengan laju yang bervariasi.
Secara umum, Pelaksana Tugas Deputi Klimatologi BMKG Urip Haryoko, tren kenaikan suhu udara permukaan lebih nyata terjadi di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah.
"Pulau Sumatra bagian timur, Pulau Jawa bagian utara, Kalimantan dan Sulawesi bagian utara mengalami tren kenaikan >0,3°C per dekade," katanya dalam siaran pers Kamis (19/5).
Baca Juga: Cuaca Panas nan Terik dan Sumuk Masih Landa Indonesia, Ini 2 Penyebab Menurut BMKG
Laju peningkatan suhu udara permukaan tertinggi tercatat di Stasiun Meteorologi Temindung, Kalimantan Timur, 0,95°C per dekade.
Sedangkan laju peningkatan suhu udara permukaan terendah terekam di Stasiun Meteorologi Sultan Muhammad Salahuddin, Bima, Nusa Tenggara Barat, 0,01°C per dekade.
"Suhu udara permukaan di wilayah Jakarta dan sekitarnya meningkat dengan laju 0,40 hingga 0,47°C per dekade," ujar Urip.
Baca Juga: Cuaca Besok di Jawa dan Bali: Denpasar Cerah Berawan, Bandung Hujan Sedang
Dari hasil analisis tersebut, dia menegaskan, kejadian suhu udara panas di Indonesia tahun ini dipengaruhi faktor klimatologis yang diamplifikasi oleh dinamika atmosfer skala regional dan skala meso.
"Inilah yang menyebabkan udara terkesan menjadi lebih sumuk dan kemudian menimbulkan pertanyaan bahkan keresahan publik," sebutnya.
Tapi, Urip menegaskan, BMKG sekali lagi meyakinkan, kejadian suhu udara panas di Indonesia tahun ini bukanlah termasuk kondisi ekstrem yang membahayakan seperti gelombang panas atau heatwave.
"Meskipun begitu, masyarakat tetap dihimbau untuk menghindari kondisi dehidrasi dan tetap menjaga kesehatan," imbuh dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
