kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BKF Akui Subsidi Energi dan Kompensasi Belum Efektif Menurunkan Kemiskinan


Senin, 12 September 2022 / 15:41 WIB
BKF Akui Subsidi Energi dan Kompensasi Belum Efektif Menurunkan Kemiskinan
ILUSTRASI. Petugas melayani pengisian bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite di SPBU Yos Sudarso, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Sabtu (3/9/2022). ANTARA FOTO/Makna Zaezar/wsj.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anggaran subsidi dan kompensasi energi di tahun 2022 telah mencapai Rp 502,triliun. Bahkan jumlah ini sudah tiga kali mengalami perombakan akibat harga minyak mentah global yang terus meroket. Dengan kondisi minyak global yang tidak menentu, anggaran subsidi dan energoi di tahun ini diperkirakan bisa mencapai di angka Rp 650 triliun.

Namun sayangnya, pemberian subsidi energi dan kompensasi tersebut belum efektif untuk menurunkan angka kemiskinan dan juga ketimpangan sosial di Indonesia.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu dalam Rapat Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia (DPR RI), Senin (12/9).

"Memang sayang sekali bahwa subsidi dan kompensasi ini justru belum sepenuhnya tepat sasaran dan cenderung kurang efektif menurunkan kemiskinan dan ketimpangan," ujar Febrio di Badan Anggaran DPR RI, Senin (12/9).

Baca Juga: Harga BBM Naik, Jokowi Harap Inflasi Bisa Ditekan di Bawah 5% Tahun Ini

Misalnya saja untuk BBM jenis solar yang 89% dinikmati dunia usaha, dan hanya 11% dinikmati kalangan rumah tangga. Namun, dari yang dinikmati rumah tangga itu ternyata 95% dinikmati rumah tangga mampu dan hanya 5% yang dinikmati rumah tangga miskin.

Begitu juga dengan Pertalite, di mana 86% dinikmati oleh rumah tangga mampu. Begitu juga dengan LPG 3 Kg.

"Jadi kalau kita lihat bahwa subsidi solar dan LPG ini tidak mendukung kita untuk menurunkan tingkat kemiskinan dan juga tidak menurunkan tingkat ketimpangan," katanya.

Oleh karena itu, dirinya mengatakan bahwa pemerintah terus berupaya untuk mengarahkan subsidi energi dan terus mengevaluasi agar lebih tepat sasaran dan dilakukan pengalihan nilai subsidinya untuk dinikmati masyarakat yang berhak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×