Reporter: Grace Olivia | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hampir seluruh aset finansial di negara emerging market mengalami tekanan pada hari ini, Kamis (27/2), termasuk Indonesia.
Kurs rupiah di pasar spot kian melemah dan telah menebus ke atas level Rp 14.000 per dolar AS. Bahkan, saat penutupan hari ini, rupiah di tutup melemah 0,61% ke Rp 14.025 per dolar AS. Selama sepekan terakhir, nilai tukar rupiah telah melemah lebih dari 2%.
Kendati begitu, Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah meyakini, dana asing yang mengalir keluar saat ini akan kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia. Pasalnya, posisi aset keuangan Indonesia saat ini masih relatif menarik.
Baca Juga: Sudah melemah delapan hari, rupiah diprediksi kembali loyo di akhir pekan
"Kami meyakini setelah risk-off global karena wabah Covid-19 ini reda, dana asing akan kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia karena yield obligasi Indonesia masih menawarkan imbal hasil yang tertinggi dalam skala negara emerging market,” tutur Nanang kepada Kontan.co.id.
BI mencatat, yield SBN bertenor 10 tahun saat ini berada pada level sekitar 6,67%. Apalagi di tengah besarnya likuiditas global saat ini akibat ekspansi negara-negara maju, peluang arus modal masuk kembali terbuka lebar.
“Secara fundamental, kondisi ekonomi Indonesia juga dalam posisi yang lebih resilien dibandingkan negara peers,” sambung Nanang.
Sebelumnya, Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengatakan persepsi investor asing pada Indonesia sangat positif sejak awal tahun. Terbukti dari total aliran modal asing masuk (inflow) yang naik pesat hingga akhir Januari lalu.
Baca Juga: IHSG anjlok 2,69% ke 5.535 pada akhir perdagangan Kamis (27/2)
“Rupiah juga bersamaan dengan itu ikut menguat sampai BI dikira terlalu banyak mengintervensi. Padahal ini murni market, eksprotir memang menjual dollar-nya dan pasar memang sempat sangat confident,” tutur Destry kemarin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News