kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI Waspadai Risiko yang Bisa Hambat Aliran Modal Asing ke Pasar Keuangan Domestik


Rabu, 25 Mei 2022 / 22:32 WIB
BI Waspadai Risiko yang Bisa Hambat Aliran Modal Asing ke Pasar Keuangan Domestik


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mewaspadai risiko yang bisa menyumbat aliran masuk modal asing ke pasar keuangan dalam negeri. Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto menyebut, risiko ini datang dari luar negeri. 

“Aspek risiko muncul masih tetap datang dari pasar keuangan global yang ketidakpastiannya masih tinggi,” tutur Edi kepada Kontan.co.id, Rabu (25/5). 

Dengan kondisi tersebut, Edi menduga mobilitas investor baik di pasar obligasi maupun pasar saham bakal melambat. Ini pun akan memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah. Menurut bacaannya, nilai tukar rupiah masih akan turun maupun naik, tetapi dengan volatilitas yang masih terjaga. 

Namun, meski di tengah gonjang-ganjing kondisi global, Edi meyakini kondisi dalam negeri cukup menarik bagi para penanam modal. Sehingga, ini bisa menjadi magnet bagi mereka kemudian menempatkan dananya. 

Baca Juga: BI Optimistis Kondisi Eksternal dan Nilai Tukar Rupiah Terjaga Karena 3 Faktor Ini

Pertama, prospek pertumbuhan ekonomi dinilai positif oleh pelaku pasar. Ini juga dengan dukungan pertumbuhan kredit yang baik. 

Kedua, kondisi ketahanan eksternal yang terkendali. Dalam hal ini, surplus neraca perdagangan juga baik, termasuk kondisi neraca transaksi berjalan. Pada kuartal I-2022 pun, neraca transaksi berjalan berhasil membukukan surplus US$ 0,2 miliar atau setara 0,1% Produk Domestik Bruto (PDB). 

Kemudian, langkah pencabutan larangan ekspor minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) sangat diapresiasi oleh para pelaku pasar. Menurut mereka, ini bakal memperkuat kondisi eksternal Indonesia. 

Ketiga, koordinasi fiskal dan moneter yang baik untuk meredam laju inflasi. Otoritas moneter bahkan berencana mempercepat normalisasi kebijakan moneter lewat mengebut kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) untuk menjaga keseimbangan moneter dan bisa menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. 

Baca Juga: Gubernur BI Perry Warjiyo Prediksi Inflasi pada 2022 Bisa di Atas 4%

Bukti dari itu semua sebenarnya bisa dilihat dari pergerakan aliran modal selama beberapa waktu terakhir. Edi menyebut, aliran modal asing yang hengkang dari pasar keuangan dalam negeri sudah berkurang dalam satu minggu terakhir. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×