Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) masih yakin kondisi ketahanan eksternal dan pergerakan nilai tukar rupiah masih terjaga, meski saat ini ada gonjang-ganjing di dunia global.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, yakin, ada tiga hal yang akan memperkuat kondisi ketahanan eskternal dan nilai tukar rupiah ke depan. “Setidaknya ada tiga kondisi yang bakal mendukung kondisi eksternal dan stabilitas nilai tukar rupiah,” jelas Perry, Selasa (24/5) via video conference.
Perry memerinci, pertama, aliran modal asing yang bertumpu pada Penanaman Modal Asing (PMA). Perry menyebut, hingga kuartal I-2022, bentuk penanaman modal asing dalam PMA ini menjadi makin dominan dalam Neraca Pembayaran indonesia (NPI).
Ini juga merupakan buah dari kebijakan reformasi pemerintah, yaitu mendorong hilirisasi, pengembangan industri, dan juga pembangunan infrastruktur. “Ini kemudian menjadi daya dukung aliran modal asing untuk masuk,” tambah Perry.
Baca Juga: Gubernur BI Perry Warjiyo Prediksi Inflasi pada 2022 Bisa di Atas 4%
Sedangkan untuk investasi portofolio, dengan kondisi global yang tidak menentu, maka peluang masuknya dana asing ke investasi portofolio tidak akan besar. Namun, masih ada prospek dari rencana penerbitan sukuk atau global bond dari pemerintah untuk pembiayaan APBN.
Kedua, ketahanan eksternal dan nilai tukar rupiah yang terjaga juga didorong oleh keuntungan di Neraca Transaksi Berjalan. Seperti kita ketahui, pada kuartal I-2022, neraca Transaksi Berjalan masih mencetak surplus US$ 0,2 miliar atau setara 0,1% Produk Domestik Bruto (PDB).
“Dengan surplus ini, pasokan dolar atau suplai valuta asing (valas) di pasar valas tentu saja memadai. Belum lagi ditambah dengan aliran modal asing dalam bentuk PMA tadi,” ujarnya.
Sedangkan pada akhir tahun 2022, Perry memperkirakan Neraca Transaksi Berjalan akan mencetak defisit, tetapi defisit rendah di kisaran 0,5% PDB hingga 1,3% PDB.
Baca Juga: Bank Tabungan Negara (BBTN) Fokus Menjaga Biaya Dana pada 2022
Ketiga, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) yang sudah lebih rendah dari pra Covid-19. Perry menyebut, kepemilikan asing di SBN pada sebelum Covid-19 mencapai 40%. Sedangkan untuk saat ini, hanya sekitar 20%.
Lebih lanjut, selain ketiga faktor tersebut, pergerakan rupiah dan ketahanan eksternal juga kan tetap dijaga dengan bauran kebijakan yang dilakukan oleh BI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News