kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.919   11,00   0,07%
  • IDX 7.206   64,80   0,91%
  • KOMPAS100 1.107   11,94   1,09%
  • LQ45 879   12,35   1,43%
  • ISSI 221   0,71   0,32%
  • IDX30 449   6,58   1,49%
  • IDXHIDIV20 540   5,75   1,08%
  • IDX80 127   1,49   1,19%
  • IDXV30 134   0,41   0,31%
  • IDXQ30 149   1,74   1,18%

BI siapkan jurus-jurus ini untuk hadapi tapering off The Fed


Rabu, 27 Oktober 2021 / 16:26 WIB
BI siapkan jurus-jurus ini untuk hadapi tapering off The Fed
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo yakin dampak tapering off The Fed nanti tak akan sebesar efek taper tantrum tahun 2013 silam.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menyiapkan langkah untuk mengantisipasi dampak dari rencana pengurangan likuditas bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed). 

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, salah satu dampak tapering off dari The Fed ini adalah adanya kenaikan imbal hasil surat utang pemerintah AS (US Treasury) yang akan berimplikasi pada Surat Berharga Negara (SBN). 

Sudah ada prediksi bahwa imbal hasil US Treasury di tahun 2022 akan meningkat di kisaran 2% hingga 2,5%. Namun, Perry dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yakin, kalau naik pun, kenaikan yield US Treasury akan bertahap. 

“Bacaan kami memang akan naik, tetapi akan secara bertahap. BI dan Kemenkeu sudah mengantisipasi akan hal ini,” kata Perry dalam rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Rabu (27/10). 

Baca Juga: Proyeksi BI, ekonomi Indonesia tahun depan bakal tumbuh 4,6%-5,4%

Antisipasi yang disiapkan oleh otoritas moneter dan fiskal adalah terkait menjaga aliran modal asing untuk tetap masuk dan tetap kondusif dengan menjaga perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri. 

Berkaitan dengan hal ini, tentu akan memengaruhi stabilitas nilai tukar rupiah. Dalam hal ini, BI akan mengeluarkan jurus stabilisasi nilai tukar rupiah dengan triple intervention, yaitu intervensi di pasar spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), maupun pembelian SBN di pasar sekunder. 

“Hal ini terus dilakukan oleh BI. Bahkan, pada Maret 2020 saat ada arus modal asing keluar US$ 11 miliar dan pada awal tahun 2021, BI sudah melakukannya,” tambahnya. 

Meski begitu, Perry juga menekankan optimismenya bahwa dampak tapering off nanti tidak akan sebesar dampak taper tantrum pada tahun 2013. 

Hal ini didorong oleh komunikasi The Fed yang transparan, kondisi fundamental Indonesia yang lebih baik dari satu windu silam, serta adanya koordinasi antara otoritas fiskal dan moneter. 

Selanjutnya: KSSK yakin dampak negatif tapering The Fed tak akan sebesar taper tantrum tahun 2013

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×