kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI: Rupiah masih kompetitif untuk ekspor


Rabu, 02 Agustus 2017 / 17:23 WIB
BI: Rupiah masih kompetitif untuk ekspor


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Dessy Rosalina

JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan perdagangan internasional Indonesia, khususnya kegiatan impor yang dilakukan industri manufaktur. Sebab, sebagian besar bahan baku industri tersebut, diperoleh dari impor.

Sayangnya, pelemahan rupiah selalu lebih dalam dibandingkan dengan inflasinya. Hal ini bisa membuat industri yang bahan bakunya berbasis impor kesulitan untuk menaikkan harga jual yang setara dengan kenaikan beban impor bahan bakunya.

Meski demikian, Bank Indonesia (BI) menilai kurs rupiah saat ini sudah cukup baik untuk pebisnis. Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo mengatakan, hal tersebut dilihat dari konsep Real Effective Exchange Rates (REER) yang mencerminkan kekuatan daya saing perdagangan Indonesia.

"Saat ini REER Indonesia sekitar 95-96 (undervalue di bawah 100) yang cukup membuat rupiah competitive, khususnya untuk mendukung ekspor," kata Dody kepada KONTAN, Rabu (8/2).

Lebih lanjut menurut Dody, bagi BI, penting untuk menjaga nilai tukar nominal sesuai dengan nilai fundamentalnya dengan volatilitas yang juga terjaga.

Oleh karena itu, pihaknya memproyeksi pertumbuhan industri manufaktur kuartal kedua tahun ini akan lebih tinggi dari kuartal pertama yang tercatat sebesar 4,21% YoY. Namun, ia juga mengakui pertumbuhan industri manufaktur kuartal kedua 2017 berpotensi lebih rendah dari perkiraan BI sebelumnya.

"Tetapi kami tunggu hari Senin angka rilis PDB (Produk Domestik Bruto)," tambahnya. 

Catatan KONTAN, dalam lima tahun terakhir total pelemahan rupiah mencapai 41%. Sementara di periode yang sama,
inflasi mencapai 30,8%.

Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis kemarin juga menujukkan bahwa pertumbuhan industri manufaktur kuartal kedua tahun ini lebih lambat dibandingkan pertumbuhan kuartal pertama lalu. 

Bahkan, industri manufaktur mikro dan kecil (IMK) mengalami perlambatan lebih parah dibanding industri manufaktur besar dan sedang (IBS).

Pertumbuhan IMK kuartal kedua tahun ini hanya 2,5% year on year (YoY) dibanding kuartal pertama yang tumbuh 6,63% YoY. Sementara pertumbuhan IBS kuartal kedua sebesar 4% YoY, juga melambat dibanding kuartal pertama yang masih bisa tumbuh 4,46% YoY.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×