kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

BI proyeksikan defisit transaksi berjalan bisa capai 3% di tahun ini


Kamis, 16 Mei 2019 / 17:14 WIB
BI proyeksikan defisit transaksi berjalan bisa capai 3% di tahun ini


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejalan dengan keputusan Bank Indonesia (BI) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini, BI juga merevisi proyeksi defisit neraca transaksi berjalan alias current account deficit (CAD).

Sebelumnya BI optimistis CAD bisa di kisaran 2,5% dari produk domestik bruto (PDB). "Perlambatan global semakin lama semakin berat untuk ekspor jadi kami realistis CAD 2,5%-3% dari PDB," jelas Gubernur BI Perry Warjiyo saat konferensi pers di kantornya, Kamis (16/5).

Perry menjelaskan perlambatan ekonomi dunia dan eskalasi perang dagang menjadi faktor utama terjadi perlambatan kinerja ekspor. Pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat berpengaruh kepada volume perdagangan dan harga komoditas global yang menurun, kecuali harga minyak yang naik pada periode terakhir dipengaruhi faktor geopolitik.

Seperti diketahui, Indonesia selama ini lebih menggantungkan ekspor pada komoditas mentah, dan tujuan ekspor utama salah satunya Tiongkok. Perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok juga menjadi penyebab ekspor melemah. Meskipun Perry menambahkan ekspor ke India maupun negara Eropa masih baik.

"Sulit untuk dijadikan andalan. Itulah kenapa tadi kami melakukan revisi CAD," imbuh Perry.

Sementara itu, ketidakpastian pasar keuangan dunia yang meningkat dipengaruhi oleh eskalasi perang dagang AS dan Tiongkok sehingga kembali memicu peralihan modal dari negara berkembang ke negara maju, meskipun respon kebijakan moneter global mulai melonggar.

Kedua perkembangan ekonomi global yang kurang menguntungkan tersebut memberikan tantangan dalam upaya menjaga stabilitas eksternal baik untuk mendorong ekspor maupun menarik modal asing.

"Balas membalas pantun tarif juga membuat tekanan arus modal asing masuk," jelas Perry.

Meskipun begitu, BI menjelaskan upaya yang dilakukan pemerintah sudah cukup keras terutama dalam mendorong ekspor industri yang kompetitif seperti otomotif. Selain itu upaya kebijakan B20 dan upaya mendorong sektor pariwisata.

Sementara itu Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menjelaskan dampak eskalasi perang dagang perlu diwaspadai. "Kita harus mulai waspada faktor eksternal ekspor impor pertumbuhannya negatif," ujar Sri Mulyani di kantornya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×