Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Nilai tukar rupiah beberapa hari ini kembali terpuruk dalam tren pelemahan. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai tukar mata uang garuda menjadi Rp 11.874 per dolar Amerika Serikat, melemah dibandingkan transaksi nilai tukar kemarin (4/6) sebesar Rp 11.810 per dolar AS.
Gubernur BI, Agus Martowardojo mengungkapkan, selain pengaruh neraca perdagangan pelemahan rupiah juga dipengaruhi kondisi situasi jelang pemilihan umum Presiden pada 9 Juli 2014 mendatang. Meski minim, namun pengaruh Pemilu Presiden memang ada dalam pelemahan nilai tukar mata uang garuda.
"Perkembangan pemilu yang terakhir memang ada pengaruhnya, melihat kondisi pelaksanaan pemilu Presiden ada satu mekanisme kampanye dimana calon cuma dua. Persaingan yang ketat itu juga direspon oleh pelaku pasar," ujar Agus di Jakarta, Kamis (5/6).
Selain pengaruh pemilu Presiden, pelemahan nilai tukar rupiah juga tidak terlepas dari kinerja neraca transaksi perdagangan Indonesia yang mencatatkan nilai defisit hampir US$ 2 miliar pada April, setelah beberapa bulan sebelumnya sempat surplus.
Namun meski begitu, Bank Indonesia melihat situasi defisit neraca transaksi perdagangan hanyalah bersifat sementara. Hal ini berdasarkan pola historis yang pada kuartal II setiap tahunnya selalu mengalami tekanan.
"Biasanya akan lebih longgar lagi di kuartal III dan kemudian hingga akhir tahun defisit neraca transaksi pembayaran akan kembali terkendali," jelas Agus.
Bank Indonesia mentargetkan defisit neraca transaksi berjalan untuk tahun 2014 akan berada di bawah 3% dimana hal itu akan lebih baik dari tahun 2013 dengan nilai defisit 3,3% dari produk domestik bruto (PDB).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News