kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.783   12,00   0,08%
  • IDX 7.487   7,88   0,11%
  • KOMPAS100 1.159   4,22   0,37%
  • LQ45 919   5,86   0,64%
  • ISSI 226   -0,48   -0,21%
  • IDX30 474   3,57   0,76%
  • IDXHIDIV20 571   3,72   0,66%
  • IDX80 132   0,67   0,51%
  • IDXV30 140   1,16   0,83%
  • IDXQ30 158   0,67   0,43%

BI pertahankan suku bunga acuan untuk menjaga daya tarik di pasar keuangan


Kamis, 17 Januari 2019 / 16:04 WIB
BI pertahankan suku bunga acuan untuk menjaga daya tarik di pasar keuangan


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan untuk menjaga daya tarik di pasar keuangan. Hal ini sejalan dengan kebijakan makro perekononian Indonesia. 

Hasil RDG BI menetapkan BI 7-day reverse repo rate pada level 6% dan mempertahankan suku bunga acuan deposit facility sebesar 5,22% serta suku bunga lending facility 6,75%, sejalan dengan kebijakan makro ekonomi Indonesia. Selain itu, keputusan RDG ini juga sebagai respon atas perkembangan perekonomian dunia yang mulai melambat akibat perang dagang.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pihaknya meyakini, tingkat suku bunga kebijakan yang diputuskan saat ini masih konsisten untuk menekan defisit transaksi berjalan ke batas aman. Kemudian, upaya mempertahankan suku bunga juga dalam rangka menjaga daya tarik di pasar keuangan.

"Kami melihat pertumbuhan dunia melandai disertai ketidakpastian pasar keuangan yang mulai mereda," ujar Perry, Kamis (17/1).

Perry melanjutkan, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) pada tahun ini diproyeksikan melambat karena pasar tenaga kerja yang kian ketat dan dukungan fiskal yang terbatas.

Demikian juga dengan pertumbuhan ekonomi Uni Eropa, yang juga diperkirakan turut melambat. Kondisi ini akan memengaruhi kecematan normalisasi kebijakan moneter Bank Sentra Eropa (ECB).

Setali tiga uang, ekonomi China juga sudah memperlihatkan perlambatan pertumbuhan. Hal ini dipengaruhi melemahnya konsumsi dan ekspor neto sebagai dampak ketegangan hubungan dagang dengan AS dan proses deleveraging yang masih berlanjut. 

Kendati demikian, kondisi dalam negeri diperkirakan tetap kuat ditopang permintaan domestik. BI memprediksi pertumbuhan ekonomi 2019 dikisaran 5-5,4%. Konsumsi swasta diperkirakan tetap baik seiring terjaganya daya beli dan keyakinan konsumen serta dampak persiapan pemilu. Sedangkan belanja pemerintah ditopang belanja barang dan bantuan sosial.  

Meskipun neraca dagang Desember 2018 menunjukkan defisit US$ 1,1 miliar, aliran modal asing kembali terjadi per Desember 2018 sebesar US$ 1,9 miliar dan berlanjut hingga Januari 2019. 

Ke depan, BI terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah guna memperkuat ketahanan sektor eksternal, termasuk pengendalian defisit transaksi berjalan pada 2019 menuju kisaran 2,5% dari PDB.

 


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×