Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. The Fed agresif menaikkan suku bunga tahun ini demi meredam inflasi Amerika Serikat (AS) yang tinggi. Bank Indonesia (BI) meyakini bank sentral AS itu masih akan terus menaikkan suku bunga acuan.
Prediksi BI, puncak kenaikan suku bunga acuan The Fed adalah antara akhir tahun 2022 hingga awal tahun 2023.
“Kami memperkirakan suku bunga acuan akhir tahun ini menjadi 4,5% dan tahun depan 4,75%. Jadi, mencapai puncak tertingginya di akhir tahun ini atau di awal tahun depan, sekitar Januari atau Februari paling lambat,” terang Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (20/10) dalam pertemuan secara daring.
Perry menyebut langkah The Fed menaikkan suku bunga acuan ini belum tentu bisa untuk segera menurunkan tingkat inflasi AS yang tinggi. Pasalnya, inflasi bukan hanya muncul dari sisi permintaan, tetapi juga dari sisi suplai. Mengingat, masih ada ketegangan geopolitik yang mengganggu rantai pasok global.
Baca Juga: Per 19 Oktober 2022, BI Sudah Beli SBN di Pasar Perdana Rp 138,08 Triliun
Ia pun khawatir, AS masih akan menghadapi risiko inflasi tinggi dan dibarengi dengan perlambatan ekonomi. Alias, AS akan mengalami stagflasi.
Dengan kondisi terkini pun, Perry tak menutup kemungkinan Paman Sam akan tergelincir ke jurang resesi. Ia menyebut, ada peningkatan probabilitas hingga 50% AS mengalami resesi pada tauhn depan. Ini bahkan sudah lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya.
Menurut Perry, AS bukan satu-satunya negara maju yang terus mengerek suku bunga. Bank sentral di negara-negara Eropa pun diperkirakan masih akan menaikkan suku bunga acuan, untuk menurunkan laju inflasi di negara-negara mereka.
Baca Juga: Gubernur BI Sebut Ada 5 Tantangan yang Menekan Ekonomi Global Tahun Depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News