Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah kembali melemah dan mendekati angka 14.000. Tekanan rupiah bahkan diperkirakan akan kembali menguat pada kuartal II-2018 seiring dengan adanya musim pembagian dividen.
Selain dividen, salah satu sumber pelemahan rupiah disinyalir juga berasal dari kebutuhan dollar yang tinggi dari sejumlah perusahaan lokal untuk membayar utang. Data yang diterima KONTAN, 100 perusahaan penggerak bursa menghabiskan US$ 1,25 miliar untuk membayar utang jatuh tempo.
Namun demikian, Bank Indonesia (BI) percaya diri bahwa posisi rupiah akan tetap aman. Sebab, BI selalu berada di pasar untuk mengintervensi pergerakan nilai tukar rupiah. Selain itu, Indonesia juga baru mendapatkan kenaikan rating dari Moody’s beberapa waktu lalu.
“Kami minta semua masyarakat bersama-sama menjaga ini, kan kita sering mengalami ini, dan kami lewati dengan baik. Kami menjaga dan kita baru dapat kenaikan Moody’s,” kata Kepala Departemen Kebijakan Komunikasi BI Agusman Zainal di Gedung BI, Senin (23/4).
Soal dividen dan lainnya, menurut Agusman, itu rutin dialami setiap tahun, “Jadi, tidak terlalu kita khawatirkan, justru karena lebih faktor global. Ini di luar kuasa kita, ini yang perlu kami cermati secara bersama,” ujarnya.
Faktor impor, menurutnya, tidak berpengaruh pada nilai tukar, “Seperti kami sampaikan karena current account deficit (CAD) tetap di bawah level 3% masih sehat, aman. Indonesia sedang membangun (ekonomi), butuh impor tapi juga ada ekspor,” jelas dia.
Ia melanjutkan, kemungkinan importir memegang dollar dan menahan sehingga uang dollar memang kemungkinan ada. Namun, ia meminta masyarakat bersama-sama menjaga rupiah.
Kepala Kajian LPEM FEB UI Febrio N Kacaribu melihat, dalam jangka pendek, BI akan mempertahankan rupiah di bawah 13.800. Di satu sisi, ia juga melihat ada kemungkinan BI menaikkan suku bunga acuannya.
“Tapi kenaikan BI 7 day tidak akan berdampak signifikan terhadap stabilitas rupiah. Intervensi langsung di pasar valas harus terus dilakukan. Intervensi ini yang paling efektif,” kata dia kepada KONTAN, Senin.
Adapun ia melihat meskipun kenaikan suku bunga sebanyak empat kali oleh Federal Reserve tahun ini sudah dianggap sebagai keniscayaan oleh pasar, aset rupiah masih cukup menarik bahkan dengan tingkat bunga US$ yang meningkat.
Inflasi yang relatif lebih stabil dan ekspektasi pertumbuhan yang sedikit lebih tinggi untuk 2018 menunjukkan bahwa fundamental ekonomi domestik saat ini berada pada posisi yang lebih kuat, yang sangat penting dalam tahun pemilu seperti 2018 dan 2019.
“Dengan besaran cadangan devisa saat ini, BI juga seharusnya mampu mengelola tekanan eksternal pada rupiah sepanjang tahun 2018 terutama dengan melakukan intervensi nilai tukar secara langsung di pasar,” kata dia.
*) Pada Selasa (24/4) pukul 09.23, telah dilakukan ralat pada paragraf keenam. Sebelumnya tertulis CAD berada di level 5,3%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News