Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Amal Ihsan
JAKARTA. Bank Indonesia kembali merevisi target inflasi tahun 2013 menjadi dalam kisaran 9%-9,8%. Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo perubahan proyeksi ini diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur hari kamis (29/8) di Jakarta.
Agus bilang, pihaknya melihat adanya dampak lanjutan dari kenaikan harga Bahan bakar Minyak (BBM) ditambah adanya imported inflation, atau inflasti yang diakibatkan oleh naiknya harga barang-barang impor membuat inflasi lebih tinggi dari perkiraan semula.
Selain itu, komponen pendorong inflasi paling besar akan berasal dari meningkatnya inflasi dari bahan pangan. Hal itu terlihat dari harga beberapa kebutuhan pangan yang masih tinggi seperti harga daging yang tinggi karena bermasalah dari sisi pasokannya.
Hal itu disampaikan Agus di hadapan Komisi XI sat Rapat Dengar Pendapat dengan agenda pembahasan rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2014. "Berdasarkan kondisi perekonomian terkini, terutama melihat kondisi nilai tukar rupiah terakhir kami berkesimpulan bahan impor akan naik," ujar Agus, di gedung DPR hari Kamis (29/8) kamarin.
Sementara sebelumnya, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun 2013 lalu BI memperkirakan inflasi berada di level 7,2%. Sementara biasanya dalam beberapa tahun terakhir, Agus bilang inflasi memang selalu berada di bawah 5%.
Adapun, Menteri Keuangan Chatib Basri mengakui kondisi nilai tukar rupiah akan membuat imported inflation meningkat. Sehingga, membuat perkiraan inflasi tahun 2013 memang bisa lebih tinggi. Namun, Pemerintah akan berupaya supaya inflasi tidak sampai 9,8%.
Chatib mengaku akan pihaknya akan menjaga inflasi akan dijaga dilevel bawah target BI, yaitu sebesar 9%. "Mudah-mudahan dengan memperbaiki importasi daging dan kebutuhan pangan lain, bisa menekan harga kebutuhan pangan,"ujarnya di gedung DPR.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News