kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI lakukan quantitative easing, begini respons Hipmi


Senin, 04 Mei 2020 / 09:33 WIB
BI lakukan quantitative easing, begini respons Hipmi


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) mengapresiasi kebijakan moneter yang diambil oleh Bank Indonesia (BI) untuk melakukan quantitative easing untuk Indonesia bisa segera keluar dari wabah corona atau Covid-19.

Ketua Bidang Ekonomi dan Keuangan Badan Pengurus Pusat (BPP) Hipmi, Ajib Hamdani, mengatakan, problem yang lebih serius di pandemi ini, selain kesehatan adalah shrinking economi atau penyusutan ekonomi.

Baca Juga: Inilah 4 perkembangan ekonomi dan kebijakan terkini Bank Indonesia

“Dengan kebijakan quantitative easing ini,  pemerintah bisa menggenjot likuiditas di perbankan, menjaga stabilitas kredit, dan pertumbuhan ekonomi bisa terselamatkan,” kata Ajib kepada Kontan.co.id, Sabtu (2/4).

Ajib menambahkan, quantitative qasing sekitar Rp 503,8 triliun dari Bank Indonesia relatif bisa menyelamatkan perekonomian ketika dibarengi dengan kabijakan teknis yang tepat dan memberikan daya ungkit ekonomi maksimal.

“Hipmi optimis, IHSG juga akan segera terkatrol positif,” ujarnya.

Baca Juga: Analis prediksi yield SBN secara jangka panjang akan turun, kenapa?

Adapun quantitative easing yang dilakukan oleh bank sentral dari bulan pertama tahun ini hingga April 2020 terdiri dari pembelian Surat Berharga Negara (SBN) yang telah dilepas asing di pasar sekunder yang menambah likuiditas sekitar Rp 166,2 triliun.  

Selanjutnya, term repo perbankan yang dilakukan dan menambah likuiditas sebesar Rp 137,1 triliun. Ada juga penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) rupiah pada bulan Januari dan Paril yang memberi likuiditas sebesar Rp 53 triliun dan swap valuta asing (valas) yang menginjeksi likuiditas hingga Rp 29,7 triliun.  

Untuk bulan depan, bank sentral mengaku sudah siap dengan tambahan likuiditas berupa penurunan GWM rupiah masing-masing sebesar 200 basis poin (bps) untuk bank umum konvensional dan 50 bps untuk Bank Umum Syariah atau Unit Usaha Syariah per 1 Mei 2020. Ini ditaksir mampu menambah likuiditas di perbankan hingga Rp 102 triliun.

Baca Juga: Ini sentimen yang mempengaruhi penguatan bursa saham global sepanjang April 2020

Kemudian, ada juga peniadaan pemberlakuan kewajiban tambahan giro untuk pemenuhan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) terhadap Bank Umum Konvensional maupun Bank Umum Syariah atau Unit Usaha Syariah selama satu tahun yang mulai berlaku pada 1 Mei 2020. Usaha ini juga ditaksir mampu menambah likuiditas hingga Rp 15,8 triliun rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×