kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI: Bauran kebijakan resep stabilitas ekonomi tahun 2018


Jumat, 03 Mei 2019 / 13:12 WIB
BI: Bauran kebijakan resep stabilitas ekonomi tahun 2018


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Stabilitas sistem keuangan (SKK) sepanjang 2018 hingga saat ini dapat terjaga di tengah ketidakpastian global. Hal ini lantaran formulasi kebijakan moneter yang diarahkan untuk menjaga stabilitas dan kebijakan lainnya diarahkan lebih akomodatif dalam mendorong permintaan domestik, termasuk kebijakan makroprudensial. 

"Bagaimana jamu pahit berupa kenaikan suku bunga kebijakan di sisi moneter tidak berdampak pada kenaikan suku bunga kredit perbankan karena Bank Indonesia memberikan jamu manis di sisi kebijakan makroprudensial," kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo saat meluncurkan buku Kajian Stabilitas Keuangan Semester II 2018, Jumat (3/5).
 
Lebih lanjut Perry menyampaikan bahwa konsistensi implementasi kebijakan makroprudensial akomodatif yang didukung oleh koordinasi dan kerjasama yang erat dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dan otoritas terkait lainnya menunjukkan hasil positif. Ini tercermin dari intermediasi yang terus membaik, permodalan bank tinggi, dan risiko likuiditas terjaga dengan baik, serta indeks SSK tetap terjaga dalam zona aman. 
 
Adapun kebijakan makroprudensial akomodatif yang telah dilakukan BI sepanjang semester II 2018, antara lain pertama, pelonggaran kembali Rasio Loan to Value/Financiang to Value (LTV/FTV) untuk Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) berupa pelonggaran besaran rasio LTV/FTV untuk fasilitas kredit pertama, pelonggaran fasilitas inden, dan pelonggaran termin pembayaran.
 
Kedua, penyempurnaan ketentuan Giro Wajib Minimum Loan to Funding Ratio (GWM LFR) menjadi Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) untuk mendorong intermediasi perbankan. Ketiga implementasi instrumen Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) untuk meningkatkan fleksibilitas pengelolaan likuiditas oleh perbankan.
 
Keempat, mempertahankan besaran Counter Cyclical Buffer (CCB) pada level 0%. Kelima, secara konsisten senantiasa berupaya mengembangkan UMKM.
 
Ke depan, BI memperkirakan SSK Indonesia akan tetap terjaga. Pertumbuhan kredit dan DPK perbankan diperkirakan dalam kisaran 10%+12% year on year (yoy) dan 8%-10% yoy. Siklus keuangan yang telah menunjukkan arah ekspansi, diperkirakan akan terus menguat. 
 
Selain itu, kinerja korporasi non-keuangan juga terjaga dan terus melanjutkan ekspansi. Optimisme tersebut didukung oleh kebijakan BI untuk melanjutkan kebijakan makroprudensial akomodatif. BI juga akan tetap berkomitmen untuk melakukan penguatan intermediasi yang didukung dengan permodalan dan likuiditas yang memadai.
 

Dalam edisi kali ini, terdapat tiga aspek penyempurnaan buku Kajian Stabilitas Keuangan dibandingkan dengan buku edisi sebelumnya, yaitu berupa: pertama, penguatan analisis makro financial linkage berupa hubungan sektor keuangan domestik dengan kondisi makro global dan domestik.

Kedua, pengayaan dimensi analisis melalui penggabungan analisis time series (prosiklikalitas) dengan cross section (keterkaitan antar elemen dalam sektor keuangan). Ketiga, penekanan pada penyajian analitikal dibandingkan dengan pemaparan perkembangan sistem keuangan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×