Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) berencana melakukan ekspansi likuiditas tahun ini, dengan cara membeli surat berharga negara (SBN).
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, ekspansi likuiditas ini dilakukan sebagai upaya melakukan stabilitas nilai tukar rupiah.
“Karena kita (perlu ekspansi likuiditas) untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah, kan perlu melakukan intervensi dengan jual divisa ya. Kalau jual devisa berarti rupiah kan kesedot. Kalau intervensi berarti kami menjual devisa, rupiahnya kan terkontraksi,” tutur Perry dalam konferensi pers, Rabu (20/3).
Perry membeberkan, pembelian SBN yang dimaksud BI adalah untuk menyuplai rupiah agar kembali ke sistem keuangan dalam negeri.
“Memang kami pembelian SBN dalam rangka supaya program moneternya pro stability dan pro growth,” tambahnya.
Baca Juga: Ekspansi Likuiditas BI Dinilai Berisiko Tekan Rupiah dan Picu Efek Crowding Out
Meski demikian, Perry memastikan pembelian SBN akan dan masih sesuai dengan arah kebijakan moneter.
Adapun hingga 18 Maret 2025, BI telah membeli SBN sebesar Rp 70,74 triliun. Ini terdiri dari, melalui pasar sekunder sebesar Rp 47,31 triliun dan pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN) termasuk syariah, sebesar Rp23,43 triliun.
Sumber di BI membisikkan, dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar di tengah ketidakpastian global, BI memang harus lebih aktif melakukan intervensi di pasar valas.
Intervensi tersebut dilakukan melalui penjualan dollar AS di pasar untuk menambah suplai dollar AS.
“Karena BI jual dollar AS, maka pada saat yang sama BI juga beli rupiah. Sehingga, di tahap ini, ada penyerapan likuiditas rupiah di pasar uang,” jelas sumber BI kepada Kontan, Kamis (20/3).
Nah, untuk menambal kekurangan likuiditas rupiah tersebut, BI perlu melakukan pembelian SBN di pasar sekunder. Di tahap ini, BI membeli SBN dari bank, dan pada saat yang sama Bank mendapatkan tambahan likuiditas rupiah dari hasil jual SBN ke BI.
Baca Juga: BI Sebut Insentif Likuiditas Diarahkan untuk Dorong Pertumbuhan Kredit Perbankan
Jumlah pembelian SBN oleh BI disebut akan tergantung dari kebutuhan untuk melakukan stabilisasi rupiah.
Meski demikian, BI akan tetap berupaya agar transaksi rupiah dengan membeli SBN di pasar sekunder lebih banyak dilakukan dibandingkan BI harus lebih aktif melakukan intervensi di pasar valas.
“(Ini dilakukan) agar secara total, perbankan tetap mendapatkan tambahan likuiditas rupiah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan,” jelasnya.
BI tidak menyebutkan seberapa besar jumlah SBN yang akan dibeli BI tahun ini. Namun, apabila ketidakpastian global ini lebih banyak terjadi di semester I 2025, maka porsi pembelian SBN oleh BI di Semester I ini akan lebih banyak dibandingkan Semester II.
Sebelumnya, Perry mengatakan, BI akan memborong surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder Rp 150 triliun atau lebih untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
Selanjutnya: Anak Usaha BUMA Internasional (DOID) Tuntaskan Penerbitan Sukuk Rp 2 Triliun
Menarik Dibaca: Herbalife Gelar Pesan 2025, Libatkan Ribuan Peserta di Ratusan Kota
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News