kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Berpacu dengan ancaman resesi, Indonesia harus gerak cepat tangkap peluang Investasi


Senin, 05 Oktober 2020 / 16:23 WIB
Berpacu dengan ancaman resesi, Indonesia harus gerak cepat tangkap peluang Investasi
ILUSTRASI. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tumbuh negatif pada kuartal II-2020 yakni -5,32% yoy


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai, dibutuhkan energi yang besar untuk mengembalikan pertumbuhan ekonomi ke kisaran 5%.

Jika vaksin Covid-19 belum ada dan belum didistribusikan secara merata, Tauhid menilai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5% pada tahun depan terbilang berat.

Saat ini saja, ekonomi belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Hal itu terlihat dari indeks harga konsumen (IHK) yang belakangan mengalami deflasi yang menandakan lemahnya permintaan.

Baca Juga: Ekonomi Masuk Jurang Resesi, Gelombang PHK Makin Menjadi

Jika konsumsi masyarakat pada tahun depan masih lemah, maka sulit bagi Indonesia untuk mengakselerasi ekonomi tumbuh 5%.

Maklum, selama ini konsumsi masyarakat menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, ekspor impor juga sulit diharapkan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi karena kondisi ekonomi global yang masih suram.

Investasi, menurut Tauhid, sebetulnya bisa dijadikan penopang pertumbuhan ekonomi. Sebab, di tengah situasi seperti saat ini, banyak perusahaan yang memutuskan untuk tidak lagi menggantungkan sumber produksi di China dan berencana merelokasi investasinya.

Masalahnya, dampak investasi, khususnya penanaman modal asing, ke pertumbuhan ekonomi tidak bisa langsung. Selain itu, investor saat ini juga tengah wait and see dan mencari negara yang palling aman untuk menjadi basis produksi manufaktur.

Itu sebabnya, pemerintah perlu mempercepat realisasi investasi mengingat berapapun besarannya sangat berdampak pada pergerakan ekonomi dalam negeri. Untuk itu pemerintah harus berani menjemput bola dengan memberikan berbagai insentif yang menarik serta berbagai fasilitas dan kemudahan bagi calon investor.

Menurut Tauhid, pemerintah juga harus siap menyediakan insentif maupun fasilitas lainnya sesuai permintaan investor.  Sehingga pemberian fasilitas maupun insentif berdasarkan kasus masing-masing alias case by case.

Di samping itu pemerintah perlu melakukan pendekatan terhadap produsen-produsen global. "Tanya apa yang mereka minta dan siapkan permintaan mereka," kata Tauhid dalam keterangannya, Senin (5/10).

Baca Juga: Resesi Semakin Nyata, Bank Terus Memupuk Dana

Sementara itu, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) terus mendorong perbaikan iklim investasi di tengah pandemi Covid-19. Investasi diharapkan mampu menyelamatkan Indonesia saat pertumbuhan ekonominya mengalami resesi.

"Di tengah perekonomian yang melambat ini investasi diharapkan akan jadi motor penggerak utama dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, BKPM akan terus bekerja keras dalam menarik investasi masuk ke Indonesia," kata Plt Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal BKPM, Nurul Ichwan saat market sounding proyek Tol Gilimanuk-Mengwi dan Jembatan CH di Jawa, Rabu (30/9) lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×