kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berisiko terpapar Covid-19, belajar mengajar sementara sebaiknya di luar sekolah


Kamis, 04 Juni 2020 / 19:47 WIB
Berisiko terpapar Covid-19, belajar mengajar sementara sebaiknya di luar sekolah
ILUSTRASI. Dua anak menonton video belajar digital dari rumah di Bandung, Jawa Barat, Selasa (17/03/2020). Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa kebijakan untuk bekerja, belajar dan beribadah di rumah perlu dilakukan untuk menekan atau meredam rantai penyebaran viru


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat pendidikan Budi Trikorayanto mengatakan dalam era new normal, pendidikan nasional haruslah belajar di luar sekolah, utamanya di dalam keluarga, di dunia nyata dan di dunia maya.

Ia menilai, saat ini masalah keamanan dan kesehatan siswa bukan masalah yang sepele, oleh karenanya belajar bisa dilakukan di mana saja. Namun, kata Budi, bukan hanya di sekolah yang menjadi tempat berisiko paparan Covid-19 di tengah pandemi ini.

"Kita harus belajar dari Finlandia, Prancis dan Korea Selatan yang membuka lalu segera menutup kembali sekolah-sekolahnya karena terjadi penularan Covid-19 ke siswa dan guru," kata Budi saat dihubungi Kontan.co.id pada Kamis (4/6).

Baca Juga: Jika kegiatan belajar tatap muka dipaksakan, IGI minta pemerintah perhatikan ini

Budi menambahkan, belajar di luar sekolah bukan hanya diartikan sebagai berlajar secara virtual.

"Belajar di luar sekolah itu tidak selalu virtual, mereka belajar di dunia nyata, dan tidak kumpul-kumpul dengan teman-temannya yang berisiko Covid. Lagi pula dengan belajar di rumah telah menurunkan polusi udara, hemat uang transpor serta uang jajan," imbuhnya.

Pemerintah pun harus lebih menyiapkan keluarga menjadi guru bagi anak-anaknya, dimana materi ajar yang kontekstual dan terjangkau harus diperbanyak. "Bukan saja melalui internet, tetapi juga melalui radio dan televisi," ujar Budi.

Surat Edaran Mendikbud Nomor 04/2020, menurut Budi, menyatakan dalam pembelajaran di rumah, jangan terikat pada kurikulum target kenaikan kelas atau kelulusan, tetapi disesuaikan dengan minat dan kondisi setiap anak.

Oleh karenanya pendidikan yang memperhatikan minat bakat setiap anak yang berbeda-beda jelas tidak dapat diselenggarakan di sekolah. Sebab pendidikan di sekolah sangat rigid dan sulit bermanuver mengikuti keunikan setiap anak.

"Guru-guru mesti disiapkan memasuki edukasi 4,0 yang jelas memasuki pendidikan yang merdeka dan menghormati minat bakat setiap anak," jelasnya.

Sayangnya, saat ini guru-guru yang ada belum semuanya siap menghadapi era edukasi 4.0. Proses untuk belajar di era edukasi 4.0 bagi para guru nanti mungkin sedikit akan membuat kebingungan. Namun hal tersebut tetap dipandang sebagai hal yang wajar dalam proses perubahan ke arah yang lebih baik.

"Saya rasa Covid-19 itu tidak akan selesai sebelum obatnya ditemukan, mungkin perlu setahun atau dua tahun lagi. Kumpul-kumpul di sekolah akan menjadi kumpul-kumpul di dunia maya, aman dan hemat," kata Budi.

Baca Juga: Pandemi virus corona, IGI usulkan tahun ajaran baru digeser ke Januari 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×