kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.830   -95,00   -0,60%
  • IDX 7.462   -30,39   -0,41%
  • KOMPAS100 1.155   -4,60   -0,40%
  • LQ45 914   -6,43   -0,70%
  • ISSI 227   0,61   0,27%
  • IDX30 470   -4,56   -0,96%
  • IDXHIDIV20 567   -5,69   -0,99%
  • IDX80 132   -0,48   -0,36%
  • IDXV30 141   0,34   0,24%
  • IDXQ30 157   -1,24   -0,78%

Berat nian, target investasi Rp 850 triliun 2020 ini bakal tergerus oleh wabah Corona


Rabu, 10 Juni 2020 / 04:45 WIB
Berat nian, target investasi Rp 850 triliun 2020 ini bakal tergerus oleh wabah Corona


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Syamsul Azhar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Realisasi investasi tahun ini dipastikan bakal meleset dari target. Penyebabnya, tak lain dan tak bukan karena dampak corona virus disease 2019 (Covid-19) terhadap ekonomi global dan domestik yang belum berakhir.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyampaikan, saat ini BKPM bekerja dengan menggunakan dua skenario.

Pertama, jika Covid-19 berlangsung sampai Mei 2020 maka realisasi investasi di akhir tahun hanya mencapai Rp 850 triliun. 

Kedua, bila pandemi korona merebak hingga Juli 2020, realisasi investasi bisa turun menjadi Rp 817 triliun. Artinya, BKPM menilai target yang ditetapkan pada awal tahun senilai Rp 886 triliun mustahil terealisasi. 

Kendati demikian saat ini BKPM, belum mengajukan revisi target realisasi investasi. Yang jelas pada April-Juni 2020 menjadi periode yang berat bagi BKPM, sebab dampak virus korona jauh lebih parah ketimbang Januari-Maret 2020. 

Prediksi BKPM, pada kuartal II-2020 realisasi investasi hanya sekitar Rp 130 triliun. Angka ini turun sekitar 35% dari realisasi kuartal II-2019 senilai Rp 200,5 triliun. Padahal investasi merupakan mendorong produk domestik bruto (PDB) terbesar kedua.

Juru Bicara BKPM Tina Talisa menambahkan pandemi Covid-19 memang berdampak sistemik terhadap realisasi investasi di dalam negeri. Dus, skenario realisasi investasi 2020 juga perlu beradaptasi melihat perkembangan penanganan Covid-19.

SELANJUTNYA

"Saat ini sudah Juni dan penambahan kasus Covid-19 masih terjadi meskipun trennya semakin menunjukkan penurunan. Tapi maknanya wabah belum berakhir. Dan dengan demikian sulit untuk mencapai skenario pertama Rp 850 triliun," kata Tina kepada KONTAN, Selasa (9/6).

Kabar baiknya, pandemi tidak membatalkan komitmen investasi. Tina bilang, yang terjadi hanya penjadwalan ulang. Sebab itu, PMA diramal bakal menjadi batu sandungan di akhir tahun. Terlebih, situasi ekonomi Singapura, China, dan Jepang menurun. Padahal ketiganya merupakan kontributor investasi terbanyak sejak 2016-2019.

"Prediksi penurunan foreign direct investment (FDI) juga disampaikan oleh World Economic Forum (WEF) yang menyebutkan estimasi penurunan FDI 30%-40% akibat Covid-19," tambahnya.

Di sisi lain, daftar investasi mangkrak saat ini sebesar Rp 708 triliun masih menjadi kendala BKPM di tahun ini. Sambil mengejar realisasi investasi mangkrak, BKPM akan mengarahkan sektor manufaktur, kesehatan, dan hilirisasi menjadi lokomotif investasi pasca pandemi.

Beban PDB

Ekonom Institute for Development on Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan tren investasi di tahun ini akan mengonfirmasi kontraksi PDB akhir tahun. Menurutnya, pada kuartal I-2020 pertumbuhan investasi menjadi pertanda pada kuartal II-2020 kembali melambat.

SELANJUTNYA>>>

Catatan Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja investasi kuartal I-2020 hanya tumbuh 1,7% year on year (yoy) dengan sumbangan terhadap PDB menyumbang 31,9% dari total PDB kuartal I-2020. Pertumbuhan tersebut jauh lebih rendah dibanding kuartal I-20-19 yang sebesar 5% yoy.

Enny memprediksi, kinerja investasi periode kuartal II tahun ini hanya akan tumbuh 1% yoy. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi tahun ini di level 0% bahkan bisa mencatatkan pertumbuhan negatif alias kontraksi.

Menurut Enny, semakin lama penanganan Covid-19 di Indonesia, maka investor domestik maupun asing akan enggan menaruh uangnya ke dalam negeri. Selain permintaan investasi yang tersendat, inefisiensi akan menjadi pertimbangan investor. 

"Untuk investasi yang orientasi jangka menengah akan tunggu situasinya kondusif, agar mereka bisa menekan biaya," terang Enny kepada KONTAN, Selasa (9/6).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×