kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Beras Sudah Swasembada, Gubernur BI Sebut Ketahanan Pangan Indonesia Masih Rawan


Rabu, 24 Agustus 2022 / 13:42 WIB
Beras Sudah Swasembada, Gubernur BI Sebut Ketahanan Pangan Indonesia Masih Rawan
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo ketahanan pangan nasional masih rawan di tengah ancaman krisis global utamanya karena ada konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga internasional, International Rice Research Institute (IRRI) memberikan penghargaan atas kemampuan Indonesia dalam tiga tahun terakhir mencukupi kebutuhan beras dari produksi dalam negeri atau swasembada.

Namun, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Wajiyo mengingatkan agar Indonesia tidak berpuas diri. Hal ini lantaran ketahanan pangan nasional masih rawan di tengah ancaman krisis global utamanya karena ada konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina.

Menurutnya, swasembada pangan baru terjadi pada  beras dan belum pada bahan pangan lainnya. Namun meski ketersediaan beras berlebih, kondisi geografis Indonesia membuat satu wilayah mengalami surplus dan wilayah lainnya mengalami defisit.

“Beras ini lebih dari cukup dan mengalami surplus, yang defisit hanya di dua wilayah saja,” tutur Perry dalam dambutannya pada Sidang Pleno ISEI XXII dan Seminar Nasional, Rabu (24/8).

Baca Juga: Prediksi Terbaru BI, Inflasi Tahun Ini Bisa Tembus 5,24%

Perry menyebut, untuk meningkatkan swasembada pangan, kerjasama antar daerah menjadi kunci dalam urusan pendistribusian dan mengatasi struktur pasar yang seimbang. Sehingga ketersediaan beras menjadi stabil dan tidak mendorong inflasi jadi lebih tinggi.

Disisi lain, ia juga menyoroti gaya hidup tren anak muda saat ini, yang justru mengurangi beras dan beralih mengonsumsi gandum dan bentuk olahan roti lainnya. Padahal, masyarakat seharusnya bisa lebih memilih untuk mengonsumsi produk yang bisa dikembangkan dalam negeri.

“Mereka malah pindah ke roti. Kenapa enggak ketela atau singkong,” kata Perry.

Selain masalah beras, bahan pangan lain yang juga turut memberi andil dalam kenaikan inflasi diantaranya aneka cabai dan bawang. Menurut Perry, strategi yang bisa didorong adalah dengan melakukan urban farming seperti menanam cabai dengan polybag.

Dengan sistem tersebut, kata dia, menanam cabai hanya memerlukan waktu 3 bulan dari masa tanam hingga panen. Sehingga proses penanaman jadi lebih efisien dari biasanya.

“Jadi harus ada gerakan end to end untuk stabilitas harga. Paling utama ini mengubah mindset dari perilaku masyarakat,” imbuhnya.

Baca Juga: Ekonom Menilai Kenaikan Suku Bunga BI sebagai Sinyal Kuat Kenaikan Harga BBM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×