kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bencana tak pengaruhi pertumbuhan ekonomi


Senin, 27 Januari 2014 / 12:54 WIB
Bencana tak pengaruhi pertumbuhan ekonomi
ILUSTRASI. Anjing Takut


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Bencana alam yang tengah melanda sejumlah wilayah pada awal tahun 2014 diyakini tidak akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan pemerintah.

Kendati, inflasi pada awal Januari 2014 diprediksi relatif tinggi, namun hal itu tidak terlalu menghawatirkan menganggu pertumbuhan ekonomi karena sejumlah langkah antisipasi telah dilakukan pemerintah.

Hal itu dikatakan Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Firmanzah, Senin (27/1). "Pemerintah sudah melakukan antisipasi dengan memastikan distruksi barang-barang kebutuhan pokok tetap lancar. Selain itu karakteristik bencana juga realtif terisolir di titik-titik tertentu sehingga potensi risikonya dapat dimitigasi secara sistematis," ujarnya.

Guru Besar Ekonomi Universitas Indonesia ini menjelaskan bahwa pemerintah telah memiliki pengalaman dalam menangani bencana selama 10 tahun terakhir. Kendati demikian, proses pembangunan dan daya dorong pertumbuhan ekonomi terus menguat, dan berkembang.

"Kesigapan dan daya lenting dalam penanggulangan bencana merupakan kunci utama dalam mengatasi persoalan bencana di Indonesia," tuturnya.

Firmanzah menguraikan, sejak tahun 2004 hingga saat ini, sejumlah bencana terus terjadi. Ia mengambil conoth pada 2004 terjadi bencana tsunami di Aceh dan Nias yang menimbulkan kerusakan dan kerugian mencapai Rp 41,4 triliun berdasarkan catatan dari Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB).

Lalu pada tahun 2006, gempa bumi Yogyakarta dan Jawa Tengah yang menelan kerugian berkisar Rp 29 triliun. Pada 2007, banjir di Jakarta kerugian di kisaran Rp 5,18 triliun dan gempa bumi di Bengkulu dengan kerugian Rp 1,8 triliun.

Selanjutnya, pada tahun 2008, gempa bumi Sumatera Barat menelan kerugian Rp 20,87 triliun. Pada 2010, terjadi erupsi Merapi yang menelan kerugian materil sebesar Rp 3,56 triliun, banjir bandang Wasior dengan kerugian Rp 281 miliar.

Pada 2011, terjadi erupsi dan semburan lahar dingin Merapi dengan kerugian mencapai Rp 1,6 triliun. Sepanjang 2012, banjir bandang dan puting beliung mendominasi bencana di berbagai titik dengan kerugian sekitar Rp 30 triliun.

Sementara di Jakarta sendiri, banjir terjadi hampir setiap tahunnya dengan intensitas yang berbeda dan termasuk di awal 2014 ini.

Firmanzah bilang, yang menarik adalah meskipun sepanjang periode 2004-2013, Indonesia dihadang oleh berbagai bencana alam, namun kinerja perekonomian tetap menguat.

Capaian proses pembangunan yang sudah dan sedang berjalan pada periode tersebut telah membuahkan hasil yang cukup menggembirakan bahkan di tengah tekanan global yang terjadi di 2008 dan 2013.

Sehingga bencana kali ini juga diyakin bisa dilalui dan tidak terlalu menganggu pertumbuhan ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×