Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mengaku masih belum membahas intensif terkait rencana adanya dana abadi dari Kementerian Keuangan (Kemkeu). Saat ini, Bekraf masih fokus memaksimalkan anggaran pemerintah di Bekraf karena terus turun dari tahun ke tahun.
Wakil Ketua Bekraf Ricy Pesik mengatakan, sebenarnya belum ada wacana untuk dana abadi ini karena pihaknya sendiri sekarang fokus pada memaksimalkan anggaran pemerintah yang ada di Bekraf karena terus turun setiap tahunnya. Sebagai perbandingan pada 2016 Bekraf mendapat anggaran Rp 1,1 triliun dan pada 2017 Rp 900 miliar, kemudian pada 2018 Rp 700 miliar terus turun menjadi 2019 Rp 639 miliar.
Tapi meski begitu, ia mengatakan, secara prinsip pembahasan dana abadi ini masih sangat panjang. Kemkeu perlu membentuk lembaga baru untuk ini. "Belum lagi terkait skema dan sistemnya seperti apa," ujarnya, Selasa (29/1).
Adapun rencananya, Kemkeu akan menganggarkan Rp 1 triliun per tahunnya untuk dana abadi. Dana abadi ini dialokasikan lantaran mandat dari Presiden Joko Widodo saat bertemu dengan kebudayaan beberapa waktu lalu di Istana Negara.
"Maka itu saya saat ini masih menganggap dana abadi ini untuk kebudayaan. Tapi, kebudayaan sendiri sangat beririsan besar dengan ekonomi kreatif," katanya. Maka itu diharapkan kedepan dana ini bisa menggenjot ekonomi kreatif.
Sebab, sektor ekonomi kreatif ini masih perlu adanya pembiayaan dari pemerintah. "Misalnya, tidak ada Indonesia salah satu negara di Asia mengedepankan sektor perfilman tapi tidak punya komisi pembiayaan," jelas Ricy.
Bila bercermin dari Korea Selatan (Korsel), lanjut dia, Kosel memiliki badan pembiayaan untuk film kepada para produser-produser dan bersifat komersial. Sehingga kualitasnya bisa menyainginya film Hollywood.
Kemudian di Malaysia dan Singapura juga telah memimiliki badan pembiayaan start up yang beroperasi layaknya venture capital. Tak hanya itu dana abadi juga bisa menyasar sektor-sektor yang bottom up yang dinilai masih memiliki potensi ekonomi kreatif di seluruh Indonesia yang bum.terjangkau.
Tujuannya, agar membuat pelaku kreatif bisa berkreasi lebih banyak dan lebih baik produktif berkreasi. Sehingga, kontribusi ekonomi kreatif kedepan bisa lebih besar terhadap PDB. Adapun di 2016 saja 16 sub sektor yang masuk dalam ekonomi kreatif bisa menyumbang 7,4% PDB nasional atau sebesar Rp 922 triliun.
"Kemudian di 2018 diharapkan kontribusinya bisa lebih besar lagi yakni lebih dari Rp 1.000 triliun," tutup Ricy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News