kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Belum ada solusi konkret atas perang dagang dalam annual meeting di Bali


Minggu, 14 Oktober 2018 / 17:10 WIB
Belum ada solusi konkret atas perang dagang dalam annual meeting di Bali
ILUSTRASI. Sri Mulyani raih penghargaan dari Global Markets


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NUSA DUA. Hingga hari ini, Minggu (14/10), serangkaian agenda pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund) dan Bank Dunia (World Bank) masih berlangsung. Namun demikian, belum ada solusi konkret dari serangkaian rapat ini atas perang dagang.

Lihat saja, hasil dari pertemuan International Monetary and Financial Committee (IMFC) dalam communique Sabtu lalu. Keputusan yang didapat soal tekanan perdagangan hanya mendorong peningkatan dialog tentang perdagangan dan meningkatkan kapasitas Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk menghadapi situasi kini dan yang akan datang.

“Kami menyadari bahwa perdagangan dan investasi barang dan jasa yang bebas, adil, dan saling menguntungkan adalah mesin utama untuk pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja,” tulis IMFC dalam communique-nya.

Adapun, G20 menyatakan bahwa ketegangan perdagangan di antara kelompok G20 harus diselesaikan oleh negara-negara yang terlibat secara langsung. “Kami mengakui kami sekarang menghadapi ketegangan perdagangan di antara anggota G20,” kata Nicolas Dujovne, Menteri Keuangan Argentina yang menjadi ketua G20 tahun ini di Bali, Jumat.

“Bagian dari ketegangan itu harus diselesaikan oleh anggota itu sendiri,” katanya.

Ia melanjutkan, G20 dapat memainkan peran dalam menyediakan wadah untuk diskusi. Namun demikian, perbedaan yang masih ada ini harus diselesaikan oleh anggota yang terlibat langsung dalam ketegangan tersebut.

"Kami menyediakan mekanisme untuk konsensus dan kami sepakat dengan ketegangan ini kami harus bekerjasama. Sebulan lalu , ada pertemuan soal perdagangan dan ini sangat sukses karena kami sepakat kerjasama untuk meremajakan perdagangan internasional," ujarnya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers wrap-up AM IMF WB juga mengatakan bahwa solusi atas tekanan perdagangan adalah kedua negara harus bertemu. China, kata Sri Mulyani, bersedia berunding kembali soal ini.

“Sementara, AS menyampaikan bahwa nyatanya mereka bisa membuat kesepakatan dengan Meksiko dan Kanada. Sekarang, kami berharap dengan Korea Selatan, Eropa, dan Jepang,” ujar Sri Mulyani, Sabtu.

“Artinya, sudah ada tahapan-tahapan walaupun tadinya ada tarif retorik. Ternyata bisa saja settle. Kami harapkan dengan China akan bisa kerja sama dengan yang lain,” lanjutnya.

Adapun, saat menutup serangkaian acara AM IMF WB, Sri Mulyani bilang bahwa kondisi "winter is coming" ditujukan untuk negara-negara yang mengalami ketegangan perdagangan. Sementara, Indonesia dan negara lainnya ingin berkoordinasi demi keadaan yang win-win.

"Musim dingin akan datang di AS, Cina, Jepang, dan Eropa. Musim dingin akan datang ke sana. Kami ingin memberi Anda dan memberikan Anda cinta yang hangat dan semangat dari Bali untuk menciptakan perlindungan terhadap musim dingin Anda di sana. Tolong pertahankan semangat koordinasi dari Bali agar kita bisa bertahan di musim dingin," ujar Sri Mulyani, Minggu.

China bersedia cari solusi

Di sisi lain, Gubernur Bank Sentral China (People's Bank of China/PBOC) Yi Gang mengatakan, China tengah berusaha untuk menyelesaikan ketegangan perdagangan dengan AS secara konstruktif.

“Saya kira, kami juga mencari solusi konstruktif terhadap ketegangan perdagangan saat ini,” katanya di Bali, Minggu.

"Kami ingin solusi konstruktif yang lebih baik daripada perang dagang di mana semua pihak akan lose-lose. Saya pikir mereka (pembuat kebijakan) harus meredakan dampak negatif pada ketegangan perdagangan sehingga seluruh dunia harus bekerja sama untuk mencari solusi yang kontruktif," lanjutnya.

Dalam seminar perbankan internasional G30, ia mengatakan, risiko dari konflik perdagangan telah menyakiti pertumbuhan global dan menyebabkan ketidakpastian di pasar keuangan secara signifikan. Yi Gang pun setuju dengan laporan yang dikeluarkan IMF beberapa hari lalu soal efek dari ketidakpastian perdagangan kepada ekonomi dunia.

"IMF mempresentasikan model mereka dan meramalkan bahwa dunia akan kalah untuk ketegangan perdagangan. Baik untuk negara-negara perdagangan utama maupun untuk ekonomi global. Saya cukup banyak setuju dengan prediksi IMF. Saya pikir ketegangan perdagangan telah menjadi masalah yang menyebabkan ekspektasi negatif dan menciptakan ketidakpastian sehingga orang-orang gugup,” kata dia.

"Ada ketidakpastian yang luar biasa di depan kita,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×