kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BASF tertarik membangun pabrik bahan baku mobil listrik di Indonesia


Minggu, 10 Oktober 2021 / 21:47 WIB
BASF tertarik membangun pabrik bahan baku mobil listrik di Indonesia
ILUSTRASI. Menteri Investasi Bahlil Lahadalia. ANTARA FOTO/Jojon


Reporter: Bidara Pink | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Investasi Bahlil Lahadalia tengah berkunjung ke Jerman. Dalam kunjungan tersebut, dirinya berhasil melakukan pertemuan langsung dengan Badische Anilin und Soda Fabrik (BASF). 

Perusahaan multinasional Jerman dan produsen kimia terbesar di dunia ini kabarnya tengah melirik Indonesia untuk masuk ke Indonesia untuk berinvestasi. Nah, pertemuan ini untuk menindaklanjuti minat investasi tersebut.

“Kami akan dukung penuh rencana investasi BASF ini. Terkait perizinan dan insentif investasi, kami yang akan urus. Kita akan kawal terus sampai beres,” jelas Bahlil dalam keterangannya, seperti dikutip Minggu (10/10). 

Rencananya, BASF ingin invetsasi di bidang industri smelter/pemurnian hidrometalurgi nikel dan kobalt yang menghasilkan produk bahan baku baterai kendaraan listrik. BASF pun akan bekerja sama dengan Eramet, perusahaan pertambangan asal Perancis, akan melakukan kerja sama investasi kompleks pengolahan nikel-kobalt untuk keperluan pengembangan kendaraan listrik. 

Baca Juga: Investasi ratusan triliun bakal datang ke Indonesia, siapa kecipratan?

Proyek tersebut mencakup pembangunan pabrik High-Pressure Acid Leaching (HPAL) dan Base Metal Refinery (BMR). 

Anggota Board of Executive Director BASF Markus Kamieth pun menyambut baik kedatangan Bahlil. Bahkan, ia mengapresiasi komitmen Kementerian Investasi untuk memfasilitasi rencana investasi BASF di Indonesia ini. 

Namun, Markus berharap, Kementerian Investasi mampu mendorong kawasan industri independen dalam penyediaan listrik secara proporsional yang berasal dari energi terbarukan. Adapun pembangunan HPAL tersebut rencananya  berlokasi di Halmahera Tengah, Maluku Utara dengan kapasitas produksi sekitar 42.000 metrik ton nikel/tahun dan sekitar 5.000 metrik ton kobalt/tahun.

Dalam hal ini pun, Bahlil sekalian meminta agar investasi BASF tidak hanya berhenti pada industri pemurnian nikel, namun hingga produk akhir berupa komponen baterai listrik. Bila nantinya BASF masuk ke Indonesia, berarti ini menambah daftar realisasi investasi asal negara Jerman. 

Asal tahu saja, berdasarkan catatan Kementerian Investasi, realisasi investasi asal negara Jerman secara akumulatif dari tahun 2016 hingga kuartal II-2021 mencapai US$ 1,14 miliar atau menempati posisi ke-16 di antara asal negara investasi lainnya. Total proyek dari realisasi investasi Jerman di Indonesia ini sebanyak 3.015 dan telah menyerap tenaga kerja hingga 35,49 ribu orang. 

Selanjutnya: Proses divestasi PI Shell masih belum rampung, target on stream Masela belum berubah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×