kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   0,00   0,00%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Bappenas luncurkan hasil survei inklusi keuangan


Senin, 22 Mei 2017 / 14:09 WIB
Bappenas luncurkan hasil survei inklusi keuangan


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas) bekerja sama dengan Pemerintah Australia dan Swiss meluncurkan hasil survei inklusi keuangan perdana di Indonesia.

Survei yang disebut sebagai Survey on Financial Inclusion and Access (SOFIA) ini dilaksanakan pada 2016 terhadap 20.000 responden di empat provinsi Indonesia, yaitu Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan.

Hasilnya, 41% populasi di keempat provinsi sudah menggunakan layanan perbankan, tetapi kurang dari setengah jumlah tersebut belum memiliki rekening sendiri. Kemudian, 31% masyarakat sudah menggunakan kombinasi layanan keuangan formal dan informal. Sedangkan, 10% mengandalkan layanan informal (terutama di Jatim).

Hasil survei juga menunjukkan, responden perempuan lebih banyak mengakses layanan informal dikarenakan partisipasi mereka dalam kelompok informal seperti arisan.             

Menteri PPN/ Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengatakan, hasil survei tersebut diharapkan dapat meningkatkan pemahaman para pembuat kebijakan, pelaku industri keuangan, donor, akademisi, maupun organisasi pembangunan, mengenai perilaku sebagian masyarakat Indonesia dalam menggunakan Iayanan keuangan, seperti produk simpan pinjam, asuransi, transfer dan pembayaran.

Kata Bambang, keuangan inklusif merupakan komponen penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Di samping itu dapat menciptakan stabilitas sistem keuangan, menanggulangi kemiskinan, serta mengurangi kesenjangan.

Menurutnya, keuangan inklusif diwujudkan melalui akses masyarakat terhadap layanan keuangan. Diharapkan, partisipasi masyarakat dalam perekonomian meningkat. "Akan tetapi, akses masyarakat terhadap layanan keuangan masih relatif rendah," kata Bambang di Hotel Pullman, Jakarta, Senin (22/5).

Rendahnya akses keuangan tersebut, diikuti dengan rendahnya literasi keuangan. Menurut survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2016, sebanyak 28,9% penduduk dewasa Indonesia memahami produk-produk perbankan.

Berdasarkan survei Bank Dunia pada 2014, baru sekitar 37% penduduk dewasa Indonesia yang memiliki rekening bank, 27% memiliki simpanan formal, dan 13% memiliki pinjaman formal. Angka ini jauh lebih rendah, dibandingkan negara lainnya di Asia.

"Tanpa adanya informasi dan analisis yang kredibel tentang kondisi keuangan masyarakat Indonesia, terutama yang belum tersentuh jasa perbankan, sulit dirancang pendekatan yang tepat sasaran,” imbuh Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×