kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,64   6,79   0.75%
  • EMAS1.383.000 0,36%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

Bappenas Catat Potensi Kerugian Akibat Sampah Makanan Capai Rp 551 Triliun per Tahun


Rabu, 03 Juli 2024 / 11:13 WIB
Bappenas Catat Potensi Kerugian Akibat Sampah Makanan Capai Rp 551 Triliun per Tahun
ILUSTRASI. Potensi kerugian akibat sampah makanan di Inonesia sebesar Rp 551 triliun per tahun


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasonal atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, (Kementerian PPN/Bappenas) mencatat, potensi kerugian ekonomi dari food loss atau susut pangan pasca panen dan food waste atau susut pangan di meja makan mencapai Rp 551 triliun setiap tahunnya.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyampaikan, pengendalian sampah makanan ini perlu dilakukan sebagai menjadi salah satu strategi intervensi prioritas yang dapat menekan jumlah timbunan sampah.

“Dan juga mencegah dari kerugian kehilangan ekonomi hingga Rp 551 triliun per tahun,” tutur Suharso dalam agenda Green Ekonomy Expo 2024, Rabu (3/7).

Suharso menyampaikan, dengan adanya pemanfaatan sisa pangan masih layak konsumsi juga dapat memenuhi kebutuhan energi setidaknya sebanyak 62% dari total penduduk yang kekurangan energi.

Baca Juga: Pemerintah Akan Cari Investor untuk Kembangkan Food Estate

Bahkan, pengelolaan susut dan sisa makanan juga berkontribusi pada penurunan emisi hingga 1.702,9 Mt CO2 ek atau 7,3% dari total emisi gas rumah kaca Indonesia tahun 2019.

Sebelumnya, hasil penelitian Bappenas mencatat, Indonesia membuang sampah makanan 23 juta ton hingga 48 juta ton per tahun pada periode 2000-2019 dengan taksiran kerugian ekonomi sebesar Rp 213 triliun hingga Rp 551 triliun per tahun atau setara dengan 4%-5% PDB Indonesia per tahun.

Plt Menteri Pertanian Arief Prasety Adi menyampaikan, diperlukan inovasi pertanian untuk mengurangi food loss dan food waste ini. Untuk itu, pihaknya menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam mengembangkan teknologi pascapanen untuk meningkatkan efisiensi hasil pertanian di Indonesia.

"Tak hanya inovasi pertanian di hulu, tapi hilirnya juga. Beliau (kepala BRIN) utang pada saya untuk teknologi iradiasi. Saya ingin menggunakan teknologi iradiasi untuk memperpanjang shelf life,” ungkap Arief.

Salah satu strategi pengurangan FLW adalah dengan mengembangkan teknologi iradiasi makanan yang saat ini sedang dikembangkan oleh BRIN.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Pre-IPO : Explained Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM)

[X]
×