kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Bappenas: Anggaran litbang harus ditambah


Selasa, 18 Februari 2014 / 18:08 WIB
Bappenas: Anggaran litbang harus ditambah
ILUSTRASI. Museum Ullen Sentalu, salah satu wisata museum bersejerah populer dan viral di Tiktok yang wajib dikunjungi ketika berkunjung ke Yogyakarta.


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

PADANG. Daya rendah saing merupkan salah satu persoalan yang dihadapi Indonesia. Namun, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menilai hal itu sangat wajar. Sebab, anggaran untuk meningkatkan kualitas SDM melalui program penelitian dan pengembangan (litbang), atau Research and Development (R&D) terbilang minim.

Wakil Menteri Bappenas Lukita Dinarsyah Tuwo menyebut jumlah anggaran untuk litbang yang dialokasikan tidak sampai 1% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahunnya.

"Pengeluaran untuk litbang masih kecil, yaitu 0,08% sehingga perlu ditingkatkan," ujar Lukita di Padang, Senin (15/2) kepada KONTAN.

Jika berkaca pada negara-negara tetangga, mereka lebih berani untuk mengeluarkan uang lebih untuk litbang. Misalnya saja Singapura aanggaran litbangnya mencapai 2,43% dari PDB mereka. Sebagai perbandingan saja, anggaran litbang Malaysia 0,63% dari PDB, Thailand 0,21%, Vietnam 0,19%, dan Philipina 0,11%.

Lukita menyebutkan minimal anggaran untuk Litbang itu sebesar 3% dari PDB. Oleh karenanya, Ia menilai peningkatan anggaran Litbang harus masuk dalam pembahasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJNM) tahun 2015-2019.

Namun, Lukita juga mengakui kalau jumlah peneliti di Indonesia cukup banyak. Bahkan lebih banyak dibanding negara-negara tetangga. Hanya saja, secara rasio jumlah peneliti Indonesia terbilang masih sedikit. Pada tahun 2009 lalu, rasio peneliti Indonesia itu mencapai 90 orang per satu juta penduduk. Bandingkan dengan Singapura yang mencapai 6.173 peneliti, Thailand 316 peneliti, Malaysia 365 peneliti dan Vietnnam 116 peneliti per satu juta penduduknya.

Sementara itu, ekonom senior INDEF Bustanul Arifin bilang, penelitian tidak harus selalu membebankan APBN. Menurutnya, pemerintah juga harus bisa mendorong pihak swasta untuk lebih banyak melakukan penelitian. Selama ini, dari total dana penelitian yang diungkapkan Bappenas keterlibatan swasta hanya 14% saja.

Sebelumnya Menteri Keuangan Chatib Basri pernah menyebutkan, kalau pemerintah siap memberikan insentif pengurangan pajak bagi investor asing yang mau melakukan libangnya di Indonesia. Itu dilakukan supaya ada transfer pengetahuan dari investor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×