Reporter: Dwi Nur Oktaviani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Sistem penyaluran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di sepanjang 2011 ini terbilang mengecewakan. Hal itu diungkapkan oleh The World Bank Operation Officer, Nur Hidayat.
Dia menjelaskan, sistem penyaluran dana BOS ke sekolah-sekolah yang cenderung lambat berdampak signifikan pada perkembangan sekolah. Sebut saja, adanya ketidakpastian datangnya dana untuk membiayai pengeluaran operasional pendidikan, keterlambatan BOS berujung pengurangan jumlah staf administrasi dan tenaga pengajar tidak tetap, adanya pengurangan penghentian sementara ekstrakulikuler, hingga tingginya resiko mengutang di beberapa sekolah.
"Keterlambatan penyaluran dana BOS bikin pihak sekolah terpaksa mengutang. Parahnya, pihak sekolah meminjam kepada rentenir dan tabungan siswa. Bahkan, ada sekolah yang meminjam dana ke orang tua murid," ujar Nur seusai diskusi tentang BOS, Selasa (2/8).
Nur menilai, ada beberapa penyebab yang membuat penyaluran dana BOS lamban. Salah satunya, kebijakan baru pemerintah terkait penyaluran BOS. Semula, mekanisme penyaluran BOS tahun 2008-2010 itu adalah dari Menteri Keuangan, provinsi, dan langsung diserahkan ke sekolah. Namun, kini, dana BOS diberikan dari Menkeu ke dinas keuangan setempat, lalu dinas kabupaten setempat, barulah disalurkan ke sekolah.
"Pada 2011 rantai operasi lebih panjang dan teman-teman di kabupaten kota ikut campur," jelasnya.
Nur menjelaskan, temuan ini didapat berdasarkan peninjauan World Bank. Pemantauan ini dilakukan BOS untuk melihat mana yang lebih baik, apakah kebijakan baru atau lama.
"Kita sudah melakukan peninjauan 2008, 2009, 2010 dan 2011. Ini kita lakukan agar bisa diantisipasi. Ini hanya indikasi awal yang harus kita dapatkan biar baik. Kita hanya memberikan fakta," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News