kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   -23.000   -1,21%
  • USD/IDR 16.420   -15,00   -0,09%
  • IDX 7.095   -46,49   -0,65%
  • KOMPAS100 1.030   -10,30   -0,99%
  • LQ45 803   -9,10   -1,12%
  • ISSI 223   -2,38   -1,06%
  • IDX30 419   -4,71   -1,11%
  • IDXHIDIV20 502   -8,79   -1,72%
  • IDX80 116   -1,49   -1,27%
  • IDXV30 119   -2,82   -2,32%
  • IDXQ30 138   -1,77   -1,27%

Bank Dunia Sebut 60% Penduduk Indonesia Masih Miskin, Ini Kata Ekonom


Selasa, 29 April 2025 / 19:53 WIB
Bank Dunia Sebut 60% Penduduk Indonesia Masih Miskin, Ini Kata Ekonom
ILUSTRASI. Penyerapan Tenaga Kerja: Suasana di sebuah perusahaan di Jakarta, Jumat (12/01/2024). Bank Dunia catat 60,3% masyarakat RI tergolong miskin, bila dihitung dari ambang batas garis kemiskinan negara berpendapatan menengah ke atas.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Bank Dunia mencatat, sebanyak 60,3% masyarakat Indonesia pada 2024 tergolong miskin, bila dihitung berdasarkan ambang batas garis kemiskinan negara berpendapatan menengah ke atas.

Mengutip laporan Macro Poverty outlook edisi 10 April 2025, Bank Dunia mengkategorikan Indonesia telah mencapai status negara berpendapatan menengah ke atas pada 2023.

Bank Dunia mencatat, jumlah masyarakat Indonesia mencapai 285,1 juta penduduk. Artinya 60,3% atau sekitar 171,9 juta penduduk Indonesia berkategori miskin.

Baca Juga: Peringatan Bank Dunia Soal Risiko Gagal Bayar Uang Sejumlah Negara Perlu Diwaspadai

Menanggapi hal tersebut,  Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah mengatakan bahwa meskipun angka kemiskinan tampak lebih tinggi dalam laporan Bank Dunia, hal itu tidak otomatis menjadi penghalang bagi Indonesia untuk menjadi negara berpendapatan tinggi.

“Titik start tidak berpengaruh pada pencapaian finish. Yang lebih menentukan adalah berapa kecepatan pertumbuhan ekonomi yang bisa dipacu oleh pemerintah,” ujar Piter kepada Kontan.co.id, Selasa (29/4).

Menurut Piter, kunci utama untuk mencapai status negara maju adalah mendorong pertumbuhan ekonomi ke level yang lebih tinggi secara konsisten.

“Kalau tumbuhnya cuma 5% setiap tahun, sampai kapanpun kita tidak akan bisa menjadi negara berpendapatan tinggi," katanya.

Baca Juga: UPS Umumkan Efisiensi Besar-besaran, Tutup 73 Fasilitas dan PHK 20.000 Pekerja

"Tapi kalau kita mampu tumbuh di atas 8%dalam periode panjang, menjadi negara berpendapatan tinggi sangat mungkin diwujudkan,” tegas Piter.

Selanjutnya: SMF Salurkan Pembiayaan Mencapai Rp 6,1 Triliun pada Kuartal I-2025

Menarik Dibaca: Cerah hingga Berawan, Simak Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (30/4)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×